Loading…

Seperti Lilin

Permintaan-permintaan seperti ini seringkali membuatku bimbang:

“Mas, bisa tolong bantu buatkan aplikasi atau tutorial seperti ini yang bisa begini dan begitu? Saya ingin menerapkannya ke blog soalnya Saya ada permintaan dari temen buat bikinin blog bertema ini/itu mas… Makasih.”

Ini tidak mudah untukku, dan seringkali Aku merasa bimbang saat memutuskan apakah akan membantunya atau tidak. Selalu ada pertanyaan yang berkecamuk di dalam hati ketika berada dalam situasi semacam ini. Seperti: “Apakah yang kulakukan ini benar?”, “Apakah keputusanku ini sudah benar?”, “Apakah hal ini tidak akan merugikan diri sendiri?”

Ada semacam perumpamaan bahwa manusia yang selalu menolong orang lain bisa digambarkan sebagai lilin yang selalu menerangi kegelapan. Sehingga diharapkan setiap orang bisa menjadi seperti lilin. Tapi tahukah kamu bahwa lilin itu akan meleleh secara perlahan? Mereka membantu menerangi kegelapan tanpa pamrih namun di saat yang bersamaan juga akan menghancurkan diri mereka sendiri. Aku tidak ingin menjadi orang seperti itu. Memang baik menjadi seseorang yang rendah hati dan selalu membantu sesama, namun mengendalikan diri juga terkadang penting untuk menghindari terjadinya kehilangan jati diri dan berakhir sebagai seseorang yang akan selalu dimanfaatkan oleh orang lain. Di satu sisi kita begitu tulus membantu orang lain, namun di sisi yang lain kita sendiri tidak pernah atau jarang peduli terhadap keadaan diri sendiri yang saat ini mungkin juga sedang membutuhkan bantuan.

Aku tidak berprasangka buruk soal ini tapi, ya, kita ini manusia, bukan malaikat. Setiap orang pasti pernah merasakan rugi atau takut merasa rugi saat mencoba untuk menyumbangkan sesuatu yang dimilikinya atau bekerja keras secara cuma-cuma.

Kita hidup dalam dunia yang sudah dipenuhi dengan lampu-lampu listrik. Itu berarti bahwa kita boleh saja memilih pola hidup seperti lilin yang akan selalu menerangi kegelapan tanpa pamrih, menolong setiap orang yang membutuhkan dengan setulus hati. Namun itu hanya sebatas ketika lampu sedang mati saja. Hingga ketika mesin pembangkit listrik sudah bisa digunakan lagi dan lampu-lampu penerangan sudah bisa menyala kembali, saat itu kita boleh melakukan apa saja yang kita inginkan.

Huh… mungkin Aku cuma sedang butuh istirahat.

13 Desember 2012

3 Komentar:

  1. ya terkadang emg terkadang pola pikir makluk yang bernama "manusia" itu aneh2. manusia ada batasnya, klo ga bantu di sangka ga mau bantu dan tegaan tapi kalo bantu malah kita sendiri yang ga mikirin diri sendiri. klo ga bantu di bilang egois.
    serba salah >,<

    sudah minum kopi dulu mas. haha klo suka kopi itu juga

    BalasHapus
Top