Kamera Waktu, yang Tidak Pernah Bisa Mati
Setiap kali Aku berpikir tentang masa lalu, ia membawa kembali begitu banyak kenangan. Sayangnya, itu juga bekerja saat Aku tidak berpikir tentangnya. Ada dua kemungkinan penyebab yang kupikir bisa kuambil sebagai jawaban: Kemungkinan pertama, itu disebabkan karena Aku hidup dalam dunia yang penuh dengan pemicu. Kemungkinan ke dua, Aku mudah terpicu.
Aku tidak bisa mengatakan bahwa Aku sudah tidak pernah memikirkan masa lalu lagi. Bahkan Aku tidak bisa berjanji karena semua hal di sekelilingku adalah pemicu terbesar ingatan-ingatan itu. Belum lagi jurnal ini. Yep. Saat Aku lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan, Aku memutuskan untuk menulis ceritaku sendiri secara lebih serius. Otobiografiku sendiri. Aku memiliki beberapa alasan, dan itu sebenarnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan sesuatu seperti ‘agar Aku bisa terus mengingatnya’ atau ‘agar orang-orang membacanya dan merasa simpati denganku’. Aku menulis, karena hanya dengan cara inilah Aku bisa memastikan bahwa Aku masih berada di jalur yang tepat. Meski Aku jarang menuliskan rencana-rencana masa depan secara mendetail, tapi menuliskan cerita, peristiwa yang sudah terjadi atau sekedar mengungkapkan pikiranku bisa cukup membuatku merasa tenang dan yakin dengan masa depan.
Ambil saja satu contoh sederhana: Suatu saat Anda menulis tentang cerita kegagalan Anda terhadap sesuatu dan kemudian Anda menyimpannya. Saat hal itu Anda lakukan, bukankah secara tidak sadar Anda akan merasa terpompa untuk tidak mengalami kegagalan itu lagi?
Itu juga salah satu alasan mengapa Aku memutuskan untuk menuliskan semua hal (kalau bisa), apapun yang sudah kualami ataupun sudah kupikirkan seumur hidupku agar Aku bisa memulai untuk memperbaiki hal-hal yang sudah terjadi dengan sesuatu yang lebih baik setelah Aku selesai menuliskannya. Meski efeknya tidak begitu besar, tapi Aku sadar bahwa perlahan-lahan Aku mulai mengalami perubahan. Salah satu contohnya adalah dari segi bahasa dan sudut pandang. Aku hanya berharap suatu saat bisa menyelesaikan cerita ini. Sungguh, saat Aku menuliskan berbagai hal di sini, Aku benar-benar merasa terpicu untuk memperbaiki pola pikirku lagi dan lagi.
Anehnya, sebagian besar jurnal yang kutuliskan di sini hanyalah berisi cerita kegagalan.
Mengherankan. Terkadang Aku masih suka memikirkan skenario/kerangka peristiwa yang akan terjadi di masa depanku agar Aku bisa menulisnya. Itu kebiasaan burukku. Sehingga, saat hari itu tiba, kuharap Aku bisa mengalami sesuatu seperti apa yang sudah Aku rencanakan. Tapi, seperti biasa. Takdir itu bukanlah sesuatu yang bisa kita kendalikan. Banyak hal yang tidak berjalan sesuai rencana, dan saat itu terjadi, maka berbagai cerita baru yang tak bisa diduga akan bermunculan. Hasilnya akan selalu bebeda. Itu sudah pasti. Setidaknya ketika peristiwa sudah terjadi, saat itu Aku benar-benar merasa sadar, sadar sesadar-sadarnya akan hal yang sudah kualami. Efek baiknya, pada akhirnya Aku bisa menerima semua ini.
Selama Aku masih bisa bercerita, maka itu pertanda bahwa keyakinan ini masih tetap ada.
Meskipun… keyakinan-keyakinan itu seringkali luntur di saat-saat tertentu ketika pada akhirnya Aku harus bertemu kembali dengan orang-orang lama yang penuh dengan kenangan. Itu salah satu sebab mengapa sejak kelulusanku, Aku menjadi tidak begitu suka dengan hari raya. Ketika hari raya tiba, maka semua orang lama akan datang, dan membicarakan hal-hal yang sudah berlalu. Atau, menanyakan hal-hal monoton lainnya yang biasa ditanyakan setiap hari raya tiba. Bosan. Aku merasa tidak berkembang. Dunia ini terasa berputar begitu lama untukku, tapi mengapa begitu cepat untuk mereka?
Kupikir itu cuma efek samping dari sebuah kelebihan.
Dan kupikir itu normal. Ketika kita mendengar suara, melihat wajah ataupun ceritanya, hal-hal semacam itu jelas bisa membuat kita teringat kembali.
Dan “teringat” adalah suatu pertanda bahwa kita telah mengalami peristiwa dengan baik.
Jadi, wahai para sahabatku, janganlah berprasangka buruk jika Aku sering mencoba untuk menghindari kalian semua. Aku hanya merasa bahwa ketika kita bertemu, itu hanya akan membuatku terbawa kembali ke saat-saat yang sudah berlalu. Bagiku, itu rasanya sakit.
Aku tidak ingin menghabiskan waktu di hadapan kalian untuk berkata dalam hati bahwa, seandainya saja hidupku dipenuhi dengan keberhasilan, mungkin Aku akan melihat pertemuan kita sebagai kenangan-kenangan yang indah. Tidak. Kalian bukanlah kenangan yang buruk! Aku hanya masih belum bisa menemukannya. Ini sangat membingungkan.
Aku tidak ingin menganggap kalian semua sebagai kenangan yang buruk. Semua orang yang pernah kutemui. Semua ini terlalu mengandung arti. Astaga. Aku begitu mudah melupakan angka-angka, tapi entah kenapa Aku begitu sulit mengabaikan peristiwa. Aku merasa seperti sebuah kamera waktu yang tidak bisa mati.
6 September 2012
setlh lulus SMK, sekarang kerja dimana mas?
BalasHapuswew ada efek gugur daun.
BalasHapus