Hari ini tanggal 20 Maret 2016, sudah cukup lama Saya tidak lagi menulis tentang keadaan lingkungan di sini. Berikut adalah ringkasan peristiwa yang telah terjadi di lingkungan Saya sejak terakhir kali Saya menulis tentang mereka sampai sekarang…
Tifani
Tifani mengalami kecelakaan sepeda motor saat perayaan tahun baru kemarin. Kaki kanannya patah dan harus dipasang pen. Butuh waktu sekitar satu tahun untuk kemudian bisa melepaskan pen tersebut dari kakinya.
Tapi, sejauh ini Saya lihat dia baik-baik saja. Pernah sekali dia bertanya kepada Saya sambil jalan agak pincang, “Eh Fik, kamu ngeliat aku begini apa kamu nggak ada rasa iba atau kasihan begitu? Maksudnya, sekarang aku kecelakaan dan kakiku patah, apa kamu nggak ngerasa ada rasa kasihan sama aku?”
Waktu itu Saya jawab, “Enggak sama sekali.”
“Kok bisa?”
“Justru kalau aku ngerasa kasihan sama kamu, itu sama artinya aku sedang ngerendahin kamu.”
“Bener juga sih. Eh, tapi kan masa kamu nggak ada rasa kasihan atau gimana gitu?”
“Enggak. Gimana ya? Takdir. Kamu ngerti? Menurutku… itu sudah jadi jalan kamu. Bahkan aku juga, kalau misalnya suatu saat nanti sampai ngalami kecelakaan kaya kamu, aku juga bakalan ngerasa biasa-biasa aja.”
“Eh, jangan ngomong kaya gitu lah, amit-amit!”
Saya bilang begitu karena Saya tahu kalau dia itu anaknya kuat. Sekarang dia sudah bisa jalan tanpa kruk.
Kemudian dia melanjutkan ceritanya mengenai bagaimana dia memotivasi dirinya ketika berada di Rumah Sakit, dengan cara melihat orang lain yang mengalami kecelakaan jauh lebih parah dari dia. Kalau tidak salah ingat dia sempat berkata soal pasien dengan luka parah di wajah dan pasien dengan lengan kanan yang patah jadi sepuluh bagian.
Komar
Komar mengikuti program pertukaran pelajar dari kampus dan berhasil pergi ke Thailand selama dua minggu tepat di awal pertama kami memulai perkuliahan semester empat. Dia pergi bareng mas Putu, ketua BEM dan bu Reni, dari Kemahasiswaan. Saya dapat oleh-oleh berupa gantungan kunci, begitu pula dengan teman-teman yang lain, dan juga para dosen.
Sepulang dari Thailand, kelas bahasa Inggris Komar ditingkatkan dari pre-intermediate menjadi intermediate, dan karena alasan itu juga sekarang kita bertiga berada dalam satu kelas bahasa Inggris yang sama: Saya, Rian dan Komar.
Ada yang berubah dari Komar, terutama di Facebook. Semua status di kronologinya sekarang jadi berbahasa Inggris! Selain itu, terdapat bercak hitam melingkar di sekitar mulutnya yang sampai sekarang masih belum bisa hilang juga karena kabarnya dia alergi dengan suhu dingin di sana.
Lalu, Ihvan ke mana?
Dia turun tingkat. Kita tidak sekelas lagi, karena sekarang dia berada di tingkat pre-intermediate dan menjadi orang paling pintar di kelas tersebut; seolah menggantikan Komar. Tapi kita masih tinggal dalam satu kos, jadi komunikasi kita masih baik.
Rian
Rian sepertinya sudah tidak begitu tertarik lagi dengan wanita, begitu pula untuk menciptakan hubungan yang serius dengan mereka. Entah, apakah Saya yang baru mengetahuinya atau memang dasarnya dari dulu dia orangnya sudah begitu. Rian, si playboy galau.
Yunissa
Yunissa cuti kuliah untuk menikah. Hanif pergi entah ke mana. Dua orang mahasiswi baru bernama Anis Cipta dan Muflikhatin masuk ke kelas kami. Mereka berdua adalah kakak tingkat yang beberapa tahun yang lalu memutuskan untuk cuti juga, dan baru bisa melanjutkan kuliah tahun ini.
Deput, Ani dan Duo Dian
Sejak semester tiga, lingkungan Saya telah berubah. Tidak. Lebih tepatnya, Saya yang telah mengubah lingkungan Saya sendiri untuk menghilangkan trauma Saya terhadap seseorang yang berada tepat di sebelah Yunissa. Kadang Saya tidak menyangka juga bisa dekat dengan mereka, anak-anak alay. Meski tetap, dalam beberapa hal Saya masih lebih suka untuk menyendiri.
Ya begitulah. Dasar cewek. Kecuali Ani, dia mah orangnya pendiem.
Ani Sugiri
Biasa dipanggil embeb atau si mbeb di dalam geng. Tidak tahu dari mana asal mula panggilan tersebut dibuat. Belakangan Saya ketahui bahwa ternyata dia juga punya pengalaman suka dengan pacar orang, dan sepertinya itu masih berlangsung sampai sekarang. Cuma karena jarak mereka yang berjauhan, jadi tidak begitu terlihat oleh Saya. Sampai sekarang bahkan Saya tidak tahu sebenarnya dia naksir sama siapa, dan kepada orang seperti apa. Sekarang dia malah lebih sering terlihat galau soal status dia yang jomblo. Saya bisa melihat dari mekanisme koping yang dia lakukan dalam status-status yang dia buat di dunia maya.
Dia biasanya memakai kacamata dengan garis tepi yang tebal, membuatnya tampak seperti orang jenius. Terlihat pada foto yang Saya tampilkan di awal, kacamata yang dikenakan oleh Deput adalah kacamata miliknya, dan sekarang katanya kacamata itu sudah hilang.
Ade Wahyu Putri Efendi
Biasa dipanggil si po di dalam geng. Po, mengambil dari nama salah satu tokoh alien berwarna merah dalam acara Teletubies. Yang lain biasa memanggilnya dengan sebutan Deput. Orang dengan ukuran badan paling tinggi di antara semuanya. Orangnya baik, tapi kalau sudah marah tidak akan segan-segan, bisa langsung diarahkan kepada orang yang bersangkutan tanpa harus membuat sindiran-sindiran halus terlebih dahulu. To the point. Agak ngeri juga kalau sudah bicara soal seks, sama seperti Dian Ramadhani.
Tanggal 14 Maret yang lalu ayahnya meninggal dunia karena penyakt struk. Hal itu sempat membuatnya sangat kehilangan. Sekarang dia sedang berada dalam masa transisi menuju kondisi mental yang lebih baik.
Duo Dian
Yang pertama namanya Dian Ramadhani. 100% alay tanpa bahan pengawet. Kalau ngerumpi sudah kaya ibu-ibu arisan deh pokoknya. Biasa dipanggil si mad atau madun di dalam geng. Panggilan mad berasal dari nama akhirnya yaitu Ramadhani. Belakangan ini sedang galau, lagi-lagi karena pacarnya yang merupakan orang Sunda. Namanya Faris. Hubungan mereka tidak bermasalah, yang menjadi masalah adalah keluarga mereka. Ada sebuah mitos yang menyatakan bahwa orang Jawa tidak seharusnya menikah dengan orang Sunda. Selain itu, saudara dari pacarnya tersebut sepertinya juga tidak suka dengan Dian. Mungkin karena dia sempat melihat foto-foto lama Dian ketika masih SMA yang tidak mengenakan hijab, sedangkan Faris adalah anak jebolan pesantren yang diharapkan oleh keluarganya bisa memperoleh jodoh yang sama religiusnya dengan dia.
Yang ke dua namanya Dian Sulistyawati. Biasa dipanggil si sul atau lala di dalam geng. Panggilan sul berasal dari nama akhirnya yaitu Sulistyawati, sedangkan panggilan lala berasal dari nama salah satu tokoh alien berwarna kuning dalam acara Teletubies. Alay juga. Suka sama musik dangdut. Sudah seperti biduan saja kalau nyanyi.
Kondisi kelas kami masih sama, masih suka ribut soal pembagian kelompok:
Kadang Saya merasa kalau wali dosen benar-benar sangat dibutuhkan dalam kondisi seperti ini. Tapi mungkin itu karena Saya saja yang terlalu mudah terbawa suasana. Sejauh ini semuanya baik-baik saja.
Sepertinya baru itu saja yang bisa Saya ceritakan sekarang. Saya masih belum bisa menceritakan keadaan Saya di sini karena kondisi mental Saya masih belum memungkinkan untuk menceritakannya. Mungkin lain kali.
20 Maret 2016
0 Komentar
Mirip