Semakin Dalam Kugali Justru Malah Membuatku Merasa Semakin Tersesat
Apa yang kubaca, jika itu adalah kebenaran, Aku takut itu akan membuatku semakin lurus secara agama, namun membuatku semakin tersesat bagi pemahamanku mengenai apa arti perdamaian, kesetaraan dan ketentraman kehidupan antar manusia secara global.
Mengikuti Tanpa Mengerti
Adalah salah mengikuti/meng-iya-kan suatu ilmu dan pemahaman begitu saja tanpa mau mengerti mengenai apa yang menyebabkannya menjadi benar dan salah. Aku bukanlah seseorang yang tepat untuk berbincang-bincang atau berdebat mengenai agama. Aku terlalu moderat untuk itu. Terlalu banyak dosa dalam diriku dan terlalu sedikit ilmu yang kutahu. Akan tetapi, apakah Aku harus diam saja dengan masalah yang terjadi jika saat itu Aku merasa bahwa pemahaman mereka salah? Apakah Aku harus ikut-ikutan saja, mengikuti pendapat yang paling banyak, seperti apa yang biasa orang lakukan? Hatiku tidak pernah bisa bertahan untuk berdiam diri dengan apa-apa yang menurutku salah. Salahkah Aku jika kemudian Aku mencoba untuk ikut memberikan masukan dalam statusku sebagai masyarakat moderat? Tapi bagaimana jika ternyata pemahamankulah yang salah? Mengingat pengetahuanku masih tidak sempurna mengenai agama yang bahkan kuanut sendiri, kupikir itu hanya akan membuat keyakinan menjadi semakin kecil untuk megucapkan kepada diri sendiri bahwa apa yang Aku pahami adalah benar.
Setiap orang punya dosa, benar? Dan setiap orang juga memiliki keinginan untuk mendalami ilmu agama mereka masing-masing agar mereka bisa mengerti dan hidup dengan tenang di dunia dan di akhirat atas dasar bekal-bekal akhirat yang kita dapat dari apa yang kita pelajari.
Moderat
Kupikir ini adalah istilah yang bisa kuberikan untuk diriku sendiri, seseorang yang bodoh dalam hal agama, sulit mempelajari dan menerimanya, dan di saat yang bersamaan juga tidak menentangnya. Aku sempat memikirkan mengenai istilah sekuler, tapi setelah kupelajari, ternyata sekularisme tidak ada bedanya dengan kejahatan-kejahatan tersamar yang lain. Mereka sama-sama fanatik, hanya saja fanatik dunia.
Kupikir Aku memiliki masalah besar. Ketika Aku merasa begitu kebingungan akan statusku dalam dunia ini. Apakah Aku ini termasuk dalam golongan orang-orang yang cukup beriman? Bagaimana jika tidak? Sementara setiap kali kucoba untuk mempelajari ilmu-ilmu agama semakin dalam, pada saat yang sama, rasa tidak terima muncul sedikit demi sedikit dalam hatiku.
Tidak apa-apa. Aku mencoba untuk jujur saja kepada diri sendiri. Meskipun pada akhirnya akan ada banyak orang yang menentang. Apa yang terjadi padaku pada akhirnya adalah pelunturan dan penentangan. Semakin dalam kupelajari ilmu-ilmu agama, justru semakin membuatku tidak tenang. Paham-paham dan pandangan negatif terhadap orang-orang malah semakin terpupuk sedikit demi sedikit. Mereka mengatakan bahwa kaum Yahudi adalah pendosa, betapapun besar iman mereka terhadap Tuhan mereka, sebaik dan setulus apapun mereka, pada akhirnya mereka akan tetap dimasukkan ke dalam api neraka. Mereka bilang, pematung dan penggambar adalah pendosa. Mereka mengatakan jika suatu kaum memakai pakaian menyerupai kaum yang lain, maka mereka akan menjadi bagian dari kaum tersebut. Menganai kehalalan pembunuhan dan hal-hal sejenis dengan itu, yang kupikir hanya cocok diterapkan di masa perang dibandingkan di dunia yang telah damai dan tentram ini. Bagaimana bisa agamaku seegois itu menentukan nasib orang-orang? Terkadang bahkan Aku berpikir, mungkin akan lebih baik jika Aku tidak tahu saja. Karena itu akan membuatku merasa tenang.
Tidak ada yang salah dengan kaum beragama lain, dan tidak ada yang salah juga dengan para seniman. Aku tidak pernah merasa terganggu dengan mereka. Dunia dan kepribadian orang lain juga tidak akan hancur karena mereka. Entah bagaimana pada awalnya, Aku cuma merasa bingung dan panik. Aku hanya berharap bahwa temuan-temuan yang Aku baca dan pelajari adalah sesuatu yang salah. Kami, sekumpulan orang yang tidak tahu begitu banyak mengenai agama, sekumpulan orang yang ingin tahu bagaimana indahnya agama kami namun salah menemukan hal-hal yang mengerikan dari agama kami. Kami, orang-orang yang bergelimpangan dengan dosa yang selama ini berusaha menghabiskan waktu hidup untuk mengurangi dosa-dosa yang kami lakukan dengan begitu susah payah karena kami berada di dalam lingkungan yang serba bebas. Sementara kalian, orang-orang yang sejak awal memang telah dilahirkan sebagai orang suci dan berada di sekeliling orang-orang suci, hanya menghabiskan waktu hidup kalian untuk menunjuk-nunjuk kami, mencari-cari dosa-dosa kami dan kemudian mengecap kami sebagai para pendosa.
Terkadang sampai menangis kecil juga tanpa tahu apa sebabnya. Tidak ada yang bisa memberikan kejelasan dan titik tengah terhadap konflik yang terjadi pada diriku sendiri. Masih banyak hal yang menjadi pertanyaan dan mengganggu pikiranku, bahkan sesuatu hal sekecil cara berpakaian yang menyerupai suatu kaum. Lalu bagaimana Aku harus berpakaian di negaraku, Indonesia? Apakah kemudian Aku harus memakai sorban, bercelana dengan setelan di atas lutut dan merawat jenggot? Bukankan itu adalah cara berpakaian orang Arab? Dan jika itu disebabkan karena Nabi Muhammad SAW selama hidupnya menggunakan pakaian seperti itu, maka bukankah itu dikarenakan Nabi Muhammad SAW terlahir di negara Arab? Lalu bagaimana jika dulu beliau terlahir di Cina? Apakah kemudian Aku harus bercukur gundul seperti Avatar Aang? Aku yakin pertanyaanku ini terlalu awam dan kekanak-kanakan, tapi kupikir saat ini memang hanya sebatas itulah pengetahuanku dan sejauh itulah Aku merasa bimbang dengan apa yang menjadi beban pikiranku. Sesuatu yang ingin kutendang juga sebenarnya.
Aku tidak mencoba untuk menentang apa yang agamaku ajarkan kepadaku, karena Aku mengerti bahwa apa yang kupikir baik belum tentu baik bagi Tuhanku. Akan tetapi Aku juga merasa khawatir jika semua yang Aku lakukan dan turuti berdasarkan perintah agama pada akhirnya dilakukan secara terpaksa, bukan karena keimanan.
Aku beragama Islam. Dan Aku yakin dengan agama yang Aku pilih, meski pada awalnya tentu saja dikarenakan keturunan.
Yang Ingin Aku Katakan…
Aku hanya ingin meminta maaf, jika ternyata pemahaman dan pilihan hidupku ini adalah kesalahan. Tapi demi Allah, Aku merasa lebih bangga dan bahagia menjadi seorang Islam yang bodoh dibandingkan menjadi orang Islam yang berilmu namun memiliki jiwa yang dipenuhi begitu banyak pikiran-pikiran negatif dan diskriminasi terhadap kaum-kaum yang belum tentu lebih jelek dari kita. Kupikir, dunia ini saja sudah terlalu luas untuk dipelajari, membatasi diriku untuk mempelajari hukum-hukum Islam, dosa, pahala, surga dan neraka hanya akan membuatku semakin keras kepala dan tidak mau menerima masukan dari orang lain yang (ditakutkan) terlanjur Aku anggap sebagai orang yang terlaknat. Aku tidak peduli dengan seberapa besar dosa kalian dan apapun agama kalian, selama kalian mengakui dan mengerti apa yang selama ini membuatmu merasa sebagai seorang pendosa, maka bagiku, kalian adalah orang-orang yang baik dan tidak akan mengganggu ketentraman ibadah orang banyak. Karena tugasku di dunia hanyalah:
- Belajar dengan giat
- Mencari rezeki yang halal
- Berbakti kepada orangtua
- Berpikir positif.
Tidak ada hubungannya sama sekali dengan surga dan neraka. Apa arti menjaga diri yang sesungguhnya? Aku tidak mengerti. Di satu sisi, semakin banyak mempelajari dan meresapi ilmu-ilmu kebenaran, semakin membingungkan pula perasaan yang tercipta di dalam, namun di sisi lain, memutuskan tidak mempelajari sesuatu dengan alasan untuk menjaga ketenangan dan konflik batin juga tidak dibenarkan. Tidak akan pernah ada yang benar-benar benar, dan tidak akan pernah ada pula yang benar-benar salah. Setidaknya kita tahu bahwa surga dan neraka itu bukan cuma satu, tetapi berlapis-lapis. Aku memilih untuk mengikuti apa yang membuatku yakin, bukan yang membuatku bimbang. Aku mencoba untuk mengurusi dan mempelajari ciptaan Tuhan yang ada saja di muka bumi ini, sesuatu yang jelas-jelas berpengaruh terhadap kehidupanku selama ini di dunia. Mulai hari ini, kuharap Aku bisa mencoba untuk belajar lebih tenang dan tanpa tekanan.
Malam ini, Aku menyetel televisi lagi untuk menonton berita. Aku tidak ingin menulis hal-hal seperti ini lagi.
14 Februari 2013
1. Memakai sorban, bercelana dengan setelan di atas lutut dan merawat jenggot ? Tradisi arab ? Perhaps...
BalasHapusBagiku itu adalah ciri khas, sebuah identitas...
Seperti halnya mr.tovic, kendatipun terkesan selalu bersembunyi, tidak ingin tampak, toh memiliki sebuah logo smile merah ciptaannya dan sangat sensitif akan hak cipta hasil karya2nya ...
Ya, kita semua butuh pembeda, sekalipun tersembunyi kita tetap ingin diketahui...
2. Mungkin anda keliru dalam mempelajari, bukankah Nabi maupun sahabat2nya bukanlah seorang yang keras kepala, penghujat, ataupun pelaknat...
Berpikir positif, ya saya setuju...