Jangan Meletakkan Emotikon pada Tulisan-Tulisan yang Serius

Ada beberapa tipe orang yang begitu suka menambahkan emotikon dan smiley pada tulisan-tulisan mereka, di manapun tempatnya. Tidak masalah sebenarnya jika ekspresi emotikon yang digunakan adalah bermacam-macam dan sesuai dengan situasi yang ada. Tapi kalau emotikon yang digunakan adalah emotikon ekspresi senyum melulu, ujung-ujungnya nanti akan jadi tidak enak juga kalau ditanggapi.

Satu hal yang sering mereka lupa adalah mengenai kapan mereka harus berhenti untuk menambahkan ekspresi emotikon pada tulisan-tulisan mereka. Salah satu contoh yang paling salah adalah ketika mereka dengan begitu santainya menambahkan ekspresi-ekspresi emotikon ke dalam perdebatan-perdebatan yang mereka buat di dunia maya. Jangan coba-coba untuk meletakkan emotikon tersenyum pada perdebatan yang serius. Cepat atau lambat, kamu pasti akan semakin dibenci oleh mereka. Mengapa?

Karena Kamu Tidak Serius

Memang sudah takdirnya mereka terkena penyakit AIDS. Makannya jangan pada kawin sembarangan… :p

Emotikon telah membuatmu tampak sebagai orang yang tidak serius. Sebenarnya kamu itu paham tidak sih dengan apa yang sedang kamu katakan itu? Masalah serius seperti itu kenapa malah dibuat candaan?!

Karena Kamu Tidak Empati

Tidak apa-apa. Semua akan baik-baik saja :) Meski seluruh keluargamu kini telah mati dengan tragis karena dibantai oleh para teroris, tapi yang terpenting sekarang adalah kamu masih selamat. Pasti akan ada hikmah di balik semua itu. Tetaplah bersyukur kepada Tuhan, apapun yang terjadi. Hidupmu masih panjang! Berpikirlah yang positif dan tetaplah tegar ;)

Kita semua sedang bersedih dan sedang dipenuhi dengan kemarahan karena terjadinya kasus pembantaian tersebut. Kenapa kamu malah sok-sokan berbicara soal hikmah dan pengambilan sisi positif dari apa yang sedang terjadi? Tahu tidak? Tidak ada sisi positif sedikitpun dari semua kejadian ini! Korban kini hidup sendirian dengan terus dibayang-bayangi oleh kesedihan serta trauma yang teramat-sangat. Tidak akan ada seorangpun di dunia ini yang mau hidup seperti itu! Mereka semua tidak merasa bahwa keberhasilan untuk tetap hidup adalah sebuah kebahagiaan. Mereka kini berharap agar bisa mati bersama-sama dengan keluarga mereka!!!

Karena Kamu Cuma Bercanda

Tembak saja mereka pakai pistol! Beres… Hehehe… :p

Orang macam apa kamu yang berani-beraninya bercanda di situasi seperti ini?

Karena Kamu Plin-Plan

Eh, tapi tidak juga sih :p

Sebenarnya kamu ini sedang berpihak kepada siapa?

Karena Kamu Berani Berpendapat Tapi Kamu Tidak Mau Jika Disalahkan

Seluruh pejabat di negara kita memang semuanya sudah BEJAT! Sudah sepantasnya kita semua mengajukan protes terhadap kinerja mereka. Saya memilih jadi golput saja! :p

Karena Kamu Munafik!

Marilah kita bersama-sama ikut membantu menyelesaikan permasalahan kemiskinan di negara kita serta ikut menjaga perdamaian di lingkungan sekitar dengan cara bersedekah pada tempat yang benar, serta saling menebar senyum kepada sesama :)

Ayo kita sama-sama berusaha membuat kota tempat tinggal kita menjadi lebih bersih dan asri dengan cara selalu membuang sampah pada tempatnya :)

Kesalahan dari cara orang di atas di dalam menanggapi masalah yang sedang terjadi saat ini adalah dia tidak memberikan solusi apa-apa. Dia hanya berusaha untuk mengajak orang lain berbuat kebaikan demi menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Masalahnya adalah, orang-orang yang melihat komentar/tanggapan semacam ini seringkali akan berpikir bahwa orang ini cuma bisa ngomong saja tanpa aksi. Apalagi kalau orang yang melihat/membaca tulisan tersebut merupakan pihak yang sedang terkena masalah atau sedang kesal. “Mari bersama-sama? Memang kamu beneran mau ikut?”

Dengan menanggapi permasalahan yang sedang terjadi melalui solusi secara langsung tanpa menyertakan emotikon-emotikon di dalamnya, maka itu akan membuat orang-orang yang melihatnya menjadi merasa lebih lega, karena mereka percaya bahwa kamu benar-benar serius di dalam menanggapi permasalahan tersebut. Meski kamu tidak bisa ikut andil dalam menyelesaikan masalah yang sedang terjadi, setidaknya kamu sudah mencoba untuk ikut andil memberikan solusi:

Kebetulan di lokasi Saya ada sebuah lembaga masyarakat yang biasa menghimpun orang-orang yang bersedia untuk menyumbangkan uang atau pakaian-pakaian bekas yang masih bisa dipakai untuk kemudian disalurkan kepada orang-orang yang membutuhkan. Istilahnya, kami adalah penampung sekaligus penyalur. Kalau ada yang mau ikut, kalian bisa datang ke lokasi. Alamatnya ada di sini …

Di tempat Saya sudah diterapkan kebiasaan untuk membagi-bagi jenis sampah dalam dua jenis, yaitu sampah organik dan anorganik. Setiap rumah disarankan untuk memiliki dua macam tempat sampah. Bahkan setiap bulan kami terbiasa bergotong-royong membersihkan desa secara sukarela atas himbauan dari pengurus warga setempat. Memang sih tidak sering. Cuma satu bulan sekali. Dan sukarelawannya juga tidak banyak. Tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali kan?

Bahasa Putus Asa

Walau bagaimanapun, emotikon bukanlah merupakan bagian dari bahasa kita. Emotikon hanyalah sebuah alternatif putus asa yang bisa kamu gunakan hanya jika kamu merasa bahwa tulisanmu itu tidak berhasil mengeluarkan emosinya.

Itu artinya bahwa jika tulisan yang kamu buat sudah bisa mengeluarkan emosinya dengan baik, maka pada dasarnya emotikon (dan smiley) itu sama sekali tidak diperlukan!

Merusak Konsentrasi, Memperkeruh Suasana

Sudah sudah, kan kelihatan mana yang maling dan mana yang tidak maling :) Maaf jika lama tidak kembali karena Saya sibuk di dunia nyata. Tidak seperti “agan” lainnya yang hanya beraninya berkoar saja :) Oya, hanya sedikit klarifikasi, seluruh komentar Saya tidak pernah melalui tautan dan hanya melalui akun Saya saja :)
Anonymous? Go die!

Apa reaksi yang akan kamu lakukan ketika melihat sebuah komentar diskusi berukuran panjang yang diantaranya disisipi dengan emotikon-emotikon senyum? Tentunya kamu tidak akan membacanya lama-lama bukan? Melainkan kamu hanya akan membalasnya dengan senyuman juga. Mengapa? Karena kamu merasa emotikon-emotikon yang kamu lihat sudah cukup untuk menunjukkan bahwa orang tersebut telah memberikan respon yang positif. Padahal belum tentu orang yang membuat komentar panjang itu berniat untuk tersenyum.

Mereka pikir dengan menambahkan emotikon senyum di dalam tulisan mereka, itu akan membuat komentar mereka menjadi lebih menarik untuk dibaca dan menjadi lebih terkesan bersahabat (serta mempermudah dia untuk lari dari tanggung jawab). Tapi coba kamu baca komentar panjang mereka dengan teliti tanpa memperhatikan emotikon senyum yang ada. Aku yakin setelah itu kamu akan tersadar bahwa apa yang mereka tuliskan semuanya pada dasarnya hanyalah sebuah kemunafikan. Wajah mereka tersenyum, tapi hati mereka dipenuhi dengan kebencian.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa emotikon itu seringkali menjadi tidak baik karena efeknya yang terlalu kuat serta terlalu mudah mempengaruhi pandangan mata dan logika manusia hingga membuat seorang pembaca menjadi terlalu terburu-buru dalam menyimpulkan sesuatu yang dia baca (membuat orang menjadi malas untuk membaca tulisanmu). Masalahnya adalah, kamu telah meletakkan ekspresi emotikon yang salah.

Lebih parah lagi, karena kamu sudah terlanjur membalasnya dengan senyuman juga, maka kamu akan dikira sedang sinis kepadanya. Karena sejak awal dia menulis komentar yang panjang itu memang dia sedang sinis kepadamu, jadi bawaannya negatif semua.

Yang terpenting ketika menghadapi komentar-komentar panjang dengan ribuan emotikon di dalamnya sebenarnya adalah pertahanan diri dalam kesabaran. Bacalah tulisan mereka dengan seksama dan hayatilah maknanya, jangan pedulikan emotikon-emotikon yang ada karena itu hanya akan membuatmu makin emosi. Setelah cukup lama berpikir dan dirasa sudah berhasil menemukan jawaban yang tepat untuk membalasnya, balaslah komentar orang tersebut dengan hati-hati. Tapi jangan ditambahi dengan emotikon! Emotikon yang kamu tambahkan dikhawatirkan hanya akan memperkeruh suasana.

Justru senyuman-senyuman merekalah yang selama ini telah membuat keadaan para pembacanya menjadi makin geram. Kalau saja mereka tidak menyisipkan emotikon-emotikon munafik ke dalam tulisan mereka, mungkin para pembaca bisa menjadi lebih fokus dan bisa menganggap penulis tersebut sebagai seseorang yang bertanggug jawab terhadap apa yang dikatakannya. Ini tidak berbeda dengan ekspresi manusia di dunia nyata. Kamu masih bisa menerima orang yang menghinamu sambil marah-marah, karena kamu tahu dia jujur dengan apa yang dikatakannya dan dia bertanggung jawab dengan itu. Sekarang coba bandingkan dengan hinaan-hinaan yang diucapkan oleh orang-orang yang mengucapkannya sambil tersenyum! Lebih pedas kan?

“Tapi tapi… Saya hanya sedang mencoba untuk mencerahkan suasana :(”

SALAH! Kamu hanya tidak mengerti kapan waktunya untuk bercanda dan kapan waktunya untuk serius! ;)

Perhatikan: Masih merasa/berpikir bahwa emotikon ini bisa mencerahkan suasana?

Emosi Emotikon yang Salah!

Hapus Emotikon