Kesempatan untuk Memperbaiki Masa Lalu

Hari ini, sekitar jam sebelas pagi seseorang datang bertamu ke rumahku. Pak Mahmud. Tahu siapa pak Mahmud? Dia adalah orang dari masa laluku. Kamu harus membaca jurnalku mundur jauh ke belakang untuk mengetahui bagaimana ceritanya, menuju ke saat dimana Aku masih bekerja di KUD. Dia datang untuk menawariku bekerja kembali ke sana karena seorang pegawai telah keluar. Aku merasa bingung. Rasanya, ini seperti sebuah ajakan untuk kembali lagi menuju masa lalu yang sangat ingin kulupakan. Aku merasa, tahun-tahun sudah berlalu terlalu jauh.

Sebenarnya ada banyak hal di sana yang pada akhirnya membuatku memutuskan untuk keluar dengan cara yang sangat tidak wajar dan serba mendadak. Pada intinya, di sana Aku merasa tertekan. Sangat tertekan. Aku bekerja di antara orang-orang yang sudah tua, sedangkan di situ Aku masih sangat kecil. Mungkin akan berbeda ceritanya jika saat itu Aku memiliki setidaknya satu orang pendamping yang seumuran sebagai teman tanggung jawab jika terjadi kesalahan atau kerusakan di sana. Kalaupun tidak, setidaknya seharusnya ada satu orang dewasa yang sama-sama mengerti mengenai komputer sepertiku, sehingga Aku bisa sedikit leluasa berkeluh-kesah, atau setidaknya ada satu orang yang mengerti bagaimana sulitnya keadaan yang sedang kualami. Ini malah satu orang yang cukup mengerti bagaimana caranya mengoperasikan komputer kerjanya setiap hari hanya mainan Facebook!

Kita tentunya akan merasa lebih betah di tempat kerja jika memiliki teman-teman seumuran yang bisa diajak mengobrol sesuai dengan usia kita. Susah senang yang penting ada teman yang ikut merasakan. Profesi apapun itu. Pegawai negeri, buruh bangunan, usahawan, penyanyi, penari, pelacur. Tapi di sana Aku tidak memiliki satupun rekan yang seumuran. Semua tanggung jawab dibebankan kepadaku yang notabene masih belum berpengalaman dalam bekerja. Terlebih lagi dengan keadaan saat itu yang tidak mendukung dan serba salah. Pokoknya ceritanya rumit sekali. Tulisan-tulisan yang pernah Aku buat dulu tidak akan pernah bisa menjelaskan semua yang terjadi padaku secara keseluruhan.

Aku benar-benar bingung. Aku tidak ingin mengulangi masa-masa yang sama dan merasakan rasa sakit yang sama di tempat yang sama. Meskipun harus kuakui bahwa saat ini Aku sudah jauh bertambah kuat. Dalam hati kecilku Aku merasa, mungkin jika sekarang Aku kembali lagi ke sana, keadaannya akan sedikit berubah. Aku akan mendapatkan status yang lebih baik, yaitu sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan tetap, sehingga Aku tidak perlu lagi repot-repot menjelaskan kepada orang-orang mengenai apa yang Aku kerjakan selama ini. Kebanyakan orang tidak mengerti dan ragu akan profesi freelance, desainer web atau desainer templat atau bisnis online PPC. Aku benar-benar membutuhkan kerja keras untuk menjelaskan kepada mereka semua hingga mereka semua bisa percaya sekaligus paham. Sampai ketika pada akhirnya negara api menyerang Aku merasa kelelahan, Aku menyerah! Kupikir Aku tidak perlu susah-susah menjelaskannya lagi dan cukup mengatakan bahwa Aku adalah seorang pengangguran yang sudah tidak bekerja lagi dan hanya menghabiskan waktu di rumah untuk menonton televisi dan main internet sepuasnya. Itu akan membuat komunikasiku menjadi lebih singkat.

Saat ini Aku memang bekerja (mengerjakan sesuatu yang bisa menghasilkan uang), tapi untuk diri sendiri. Dapat uang tidak dapat uang tidak masalah.

Dan kalau Aku kembali ke sana, tentunya Aku akan bisa mendapatkan koneksi internet secara gratis yang mungkin bisa kugunakan untuk sambil lalu tetap mengerjakan apa yang Aku kerjakan saat ini dengan modal yang lebih kecil. Pak Mahmud sudah mengatakannya padaku tadi. Dia bilang Aku boleh menggunakan akses internet di sana secara gratis untuk kepentinganku, asalkan Aku bersedia menjadi seorang administrator. Itu lebih baik dibandingkan menggunakan uang sendiri. Di sana koneksi internet juga lebih cepat.

Entahlah, Aku tetap merasa ini seperti korupsi. Mencuri uang melalui koneksi internet untuk kepentingan sendiri, memanfaatkan koneksi internet milik perusahaan/lembaga lain untuk menjalankan usaha milik sendiri. Aku tidak suka. Tapi kalau Aku menolaknya, Aku akan tetap menjadi seorang pengangguran bagi orang-orang, entah sampai kapan. Lagipula, Aku sudah putus asa soal kuliah.

Tapi kalaupun Aku memutuskan untuk menerimanya, di sana Aku tetap tidak dijanjikan untuk mendapatkan rekan kerja yang seumuran, jadi kalau Aku bersedia untuk bekerja di sana lagi, kemungkinan besar Aku akan kembali merasa kesepian di antara banyak orang dan mungkin saja akan membuatku depresi dan kabur dari rumah lagi. Bagiku, inti dari sebuah pekerjaan hanyalah soal mendapatkan penghasilan dengan senang dan terhormat, betapapun kecil hasil yang didapatkan. Kebahagiaan dan kehormatan itu tidak bisa dibeli. Lagipula orangtuaku bilang sebentar lagi Aku akan bisa kuliah. Tepatnya di tahun 2014. Minimal satu bulan lagi! Meski mungkin tidak akan sesuai dengan jurusan yang Aku inginkan, tapi seperti yang sudah kubilang, Aku sudah putus asa soal kuliah sesuai dengan cita-cita. Aku hanya ingin melakukan sesuatu secara maksimal dimanapun Aku ditempatkan saat itu. Orangtuaku juga sudah bersusah payah untuk mengumpulkan uang demi masa depanku. Aku takut jika nanti Aku malah jadi terkunci di sana dan tidak bisa pergi ke mana-mana lagi karena ini soal tanggung jawab. Kakakku juga sebentar lagi kuliahnya selesai.

Tapi bagaimana kalau apa yang dijanjikan itu ternyata tidak terwujud lagi?

Antara merasa mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki masa lalu, atau kesempatan untuk kembali ke kesalahan yang sama? Sungguh waktu kejadian yang terlalu tepat.

3 Desember 2013