Aku berada dalam keadaan setengah tertidur. Entahlah Aku tidak begitu yakin. Yang jelas Aku tidak membuka mataku. Ketika kudengar ibuku mendapatkan telepon dari tanteku, bertanya apakah saat ini Aku sedang berada di rumah. Kalau ada, mungkin Aku bisa membantu dia untuk memperbaiki printer miliknya. Ibuku bilang Aku sedang tidur siang. Katanya ada pamanku juga di sana yang juga sedang mencoba memperbaikinya.
Itu saja. Tapi Aku tidak tahu bagaimana ceritanya hingga kakakku menjadi sedikit marah-marah mendengar soal telepon itu. Yang jelas dia mengerti betul kalau Aku itu sebenarnya tidak bisa memperbaiki printer, dan tanteku juga tahu soal itu. Justru kakakkulah yang lebih bisa. Karena dia yang memiliki printer. Bukan Aku. Aku hanya memakainya saja untuk keperluan memindai gambar atau mencetak sesuatu yang kubutuhkan saat itu. Tidak lebih. Seolah hanyalah basa-basi, kakakku khawatir kalau Aku sampai ditanya-tanya soal pekerjaan atau diberi saran untuk bekerja di mana dengan entah siapa, pamanku atau yang lain dan sebagainya dan sebagainya. Aku sadar mungkin niat mereka adalah baik, namun mungkin apa yang mereka lakukan telah membuat keluargaku menjadi tersinggung. Sehingga keluargaku cenderung untuk membiarkanku menjadi diri sendiri saja, karena Aku telah berhasil membuktikan kepada mereka bahwa Aku bisa menghasilkan uang meski dengan cara-cara yang tidak umum.
Orang-orang seringkali mencoba untuk membuatku keluar. Mungkin situasi di atas adalah salah satu contohnya. Semoga saja niat mereka baik. Namun keluargaku seringkali curiga bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah sebuah usaha untuk mengetes diriku saja. Usaha untuk mengetes apa yang akan terjadi padaku nantinya jika Aku keluar, mengetes apakah Aku ini sebenarnya memiliki kemampuan, dan sebagainya. Aku adalah robot eksperimen. Orang-orang begitu ingin tahu sebenarnya Aku ini kenapa. Kenapa Aku jarang keluar rumah dan berinteraksi, kenapa Aku tidak menunjukkan prestasi yang jelas kepada mereka? Padahal jika dilihat dari segi aura, Aku ini tidak seharusnya terlahir sebagai orang yang kurang pergaulan. Semua orang kurang pergaulan memiliki kesan yang jelek di mata setiap orang. Culun, bodoh, plin-plan, kurang pengalaman, tidak modis, tidak tahu dunia luar…
Beberapa dari itu memang benar. Tapi, walau bagaimanapun saat ini Aku memang tidak merasa membutuhkan untuk dianggap sebagai orang yang pintar, gaul, atau berpengalaman. Aku lebih banyak memikirkan diriku sendiri. Memikirkan mengenai apa yang bisa Aku lakukan dengan diriku terhadap dunia. Aku tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang lain, dan berusaha untuk tidak peduli jika semakin hari ternyata Aku semakin merasakan was-was akan perkataan orang. Aku sudah terlanjur pusing dengan diri sendiri, jadi Aku tidak ingin lagi ada hal-hal lain yang berhubungan dengan orang lain menambah beban pikiranku di sepanjang perjalanan hidup.
Aku memiliki potensi yang besar, Aku sadar itu. Hanya saja keadaan ekonomi tidak pernah bisa membawaku menuju kepada situasi yang menguntungkan dengan cepat. Mau dikatakan seperti apapun, hanya keluargaku sajalah yang benar-benar tahu mengenai keadaanku, dan hanya keluargaku sajalah yang mengerti akan apa yang sedang Aku butuhkan saat itu. Setidaknya untuk 50% dari diriku. Selebihnya masih rahasia dan mungkin tidak akan pernah bisa dimengerti oleh mereka. Karena Aku sendiri juga tidak mengerti.
30 November 2013
0 Komentar
Mirip