Loading…

Istimewa itu Berbeda dengan Sempurna

Karena bagiku, kecerdasan seseorang itu tidak selamanya ditentukan oleh pendidikan formal kita. Rasa ingin tahu dan pengalaman pahit pada masing-masing diri kita bagiku memiliki peran yang jauh lebih besar dibandingkan formalitas itu sendiri. Namun pada kasusnya di lapangan, mental seseorang selalu menjadi bahan pertimbangan satu-satunya. Cepat atau lambat, kelebihan-kelebihan yang seharusnya menjadi nilai lebih pada akhirnya akan diabaikan begitu saja oleh karena kekurangan kecil. Mungkin kamu memiliki nilai sekolah yang bagus, akan tetapi jika kamu tidak memiliki keberanian untuk berkompetisi, menunjukkan kemampuanmu kepada orang lain, hasil akhirnya akan sama saja. Kamu akan tampak seperti sampah, sia-sia. Dianggap sebagai seseorang yang tidak mensyukuri nikmat Tuhan, karena kamu dianggap telah gagal untuk mengaplikasikan bakat dan kelebihan yang telah Tuhan berikan kepadamu.

Apa yang Anda harapkan terhadap orang-orang berbakat di sekeliling Anda pada akhirnya hanya akan menjadi mimpi-mimpi yang tidak akan pernah terwujud. Kesempurnaan yang tidak wajar.

“Istimewa” tidak seharusnya disamakan dengan sudut pandang kesempurnaan yang selama ini Anda bayangkan. Kami istimewa, oleh sebab itulah kami rapuh. Dan kami semua, sangat membutuhkan bantuan kalian semua.

Anda tidak bisa hanya mengharapkan generasi-generasi berprestasi tanpa melakukan apa-apa. Di dunia ini banyak sekali orang yang tahu dan sadar betul akan bakat mereka namun pada akhirnya mereka menghancurkan bakat mereka sendiri karena tidak ada toleransi sedikitpun yang Anda berikan kepada mereka. Kita sedang dihadapkan pada generasi-generasi yang memiliki mental kompetisi yang kritis, keberanian yang pudar dan minder terhadap tata tertib planet Bumi yang tidak menguntungkan. Di satu sisi Anda mengharapkan tenaga manusia yang serba bisa dan sempurna, namun di sisi lain Anda juga tidak segan-segan untuk mengikis mental-mental mereka dengan standar kesempurnaan Anda.

Ketika sekolah dan fisik masih menjadi tolok ukur utama untuk menentukan kelayakan seseorang dalam mengemban tugas-tugas khusus, maka pada saat itulah, perlahan-lahan kami semua akan menghilang tanpa bekas. Terputus untuk mengundurkan diri. Kami berada di bawah standar formalitas kalian. Mental, fisik dan latar belakang pendidikan. Semuanya tidak memenuhi persyaratan Anda. Kami cuma punya bakat. Sesuatu yang telah Tuhan berikan secara cuma-cuma kepada kami. Kami tidak mengeluarkan uang dan tenaga sedikitpun untuk itu. Oleh karena itulah, sampai kapanpun, bakat kami saja tidak akan pernah bisa digunakan untuk membeli kepercayaan Anda.

Sekolah dan kuliah hanyalah sebuah media untuk memicu rasa ingin tahu kami terhadap sesuatu. Karena kepintaran dan kesempurnaan nilai bukanlah sesuatu yang sedang kami cari.

Kami —seperti yang seharusnya para siswa lakukan— bersekolah bukan untuk mencari kepintaran. Kami bersekolah untuk berteman, belajar berkomunikasi, belajar memecahkan masalah, dan yang paling penting adalah belajar untuk memperkuat mental, menemukan jati diri dan membangun kepercayaan kalian kepada kami melalui status. Seseorang yang lulus tes karena kecurangan tidak seharusnya diluluskan. Seseorang yang lulus tes dengan mental yang masih belum stabil juga tidak seharusnya diluluskan.

Mungkin… kami juga tidak seharusnya diluluskan saat itu. Mengingat kami masih belum bisa memenuhi syarat untuk bisa dianggap sebagai orang yang normal.

Kita hidup di dalam dunia industri dan perkembangan negara yang hanya percaya kepada orang-orang dengan pendidikan yang diciptakan melalui jalur formal. Mereka lebih mempercayai orang-orang berbakat yang diciptakan secara formal, karena orang-orang formal itu lebih praktis. Mereka tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk melakukan pengetesan. Ada bukti nyata yang bisa mereka percaya dalam waktu yang singkat: Tinta hitam di atas kertas putih.

Itu adalah sesuatu yang tidak pernah kami punya. Kami memang tidak memiliki tinta hitam dan kertas putih, akan tetapi kami bisa mengungkapkan semuanya secara mendetail jika Anda mau dan bersedia untuk bersabar di dalam menangani kekurangan-kekurangan kami. Praktek secara langsung. Dan Anda bisa melihat kami melakukannya melalui mata kepala Anda sendiri.

Sayangnya, Anda tidak pernah punya waktu untuk mendengarkan dan memperhatikan kami. Kami tidak pernah memiliki kesempatan untuk menunjukkan diri secara langsung untuk memberitahukan kepada Anda semua bahwa orang-orang seperti kami itu sebenarnya ada dan berjumlah banyak.

Kami memutuskan bersembunyi untuk menghindari kepunahan, entah dengan cara menghilang secara fisik maupun dengan cara mengubah perilaku kami untuk bisa menyesuaikan diri dengan tata tertib planet Bumi.

Di dunia ini tidak ada yang namanya orang pintar dan orang bodoh. Yang ada adalah orang yang menonjol dalam satu bidang. Suatu saat Anda harus bisa menerima kekurangan kami untuk bisa melihat kelebihan kami. Pintar dalam hal tulis-menulis tidak selalu berarti pintar dalam hal berbicara. Pintar dalam hal berbicara juga tidak selalu berarti pintar dalam hal tulis-menulis. Seseorang mungkin memiliki bakat yang bagus dalam bidang tertentu, namun tidak memiliki kemampuan untuk mengelola bakat tersebut menjadi penghasilan. Atau sebaliknya, orang tersebut pandai dalam hal berbisnis namun tidak memiliki bakat istimewa apapun.

Alasan mengapa seseorang bisa begitu bodoh dalam suatu bidang studi adalah karena orang tersebut tidak ingin tahu dan merasa tidak butuh untuk mempelajari bidang studi tersebut. Setiap orang memiliki pola hidupnya masing-masing dan tahu akan kebutuhannya masing-masing. Sebagai masyarakat, guru dan orangtua, Anda tidak seharusnya memaksa kami untuk menguasai segala hal. Karena justru dengan keterbatasan itulah kami bisa mengarahkan diri kami pada suatu jalur tertentu dengan tegas.

Ketika para pengusaha sibuk mengeluh karena merasa kesulitan mendapatkan pegawai, para pengangguran justru mengeluh karena merasa kesulitan mendapatkan pekerjaan. Pihak yang menganggur menginginkan proses yang singkat dan berharap para pembuka lapangan kerja lebih mengutamakan bagaimana cara pegawai bekerja dibandingkan latar belakang pendidikan masing-masing calon pegawai. Sedangkan pihak pengusaha cenderung menginginkan pegawai yang sempurna. Serba bisa, terampil dan memiliki latar belakang pendidikan yang bagus. Masing-masing pihak pada akhirnya direpotkan oleh gaya formalitas mereka sendiri.

Pengusaha bukan cuma bertugas untuk menggaji para pegawai saja, tetapi juga mendidik untuk meningkatkan derajat mereka. Pegawai juga bukan cuma bertugas untuk menerima gaji saja, tetapi juga mengabdi kepada atasan dalam prinsip tolong-menolong antarsesama manusia dalam derajat yang sama.

Tetap saja tidak akan berhasil menemukan titik temu karena kita semua telah melupakan esensi utama dari hubungan antara manusia dengan manusia untuk memenuhi kebutuhan bersama, “Bantu Saya mengurusi usaha Saya, Saya akan membayar Anda untuk itu”.

Mimpi.

Semua yang Aku tuliskan ini cuma mimpi. Sebagai seorang alien yang hidup di Bumi, Aku cuma bisa berharap bisa mengubah sesuatu. Akan tetapi ketajaman atmosfer dunia ini memiliki intensitas yang berbeda jauh dibandingkan dengan planet kami. Pikiran kami. Kami tidak bisa melakukan apa-apa terhadap kalian. Terlebih jika itu menyangkut kebutuhan kami.

Apa yang ada di dalam planet kita adalah sesuatu yang terlarang dan tidak seharusnya diungkapkan. Kita, sebagai alien yang tinggal di muka Bumi tidak seharusnya memiliki kekuasaan untuk mengatur cara berpikir orang-orang. Kita seharusnya bisa memaklumi dan menghormati cara berpikir penghuni asli di planet ini. Entah, dengan cara memberikan respon positif melalui perubahan gaya hidup kita untuk menyamakan diri, atau dengan cara tetap bersembunyi di balik pikiran masing-masing.

Meskipun… Aku masih tetap saja bersikeras untuk melanggar peraturan itu.

4 Juli 2013

4 Komentar:

  1. Mantap masss, btw mas taufik punya banyak waktu yah buat blogazining??

    BalasHapus
  2. pikirannya kritis mas, saya suka itu, betul, sekarng sangat miris sekali dengan persaingan dalam hidup, hidup sekarang layaknya sebuah kompetisi, bukan cuma prestasi namun juga harta dan kuasa. Hanya sedikit yang menyadari akan arti hidup sesungguhnya, banyak orang yang cuma sekolah tinggi2 cuma demi jadi PNS dsb saja, tidak terfikir utk berinisiatif menjadi entrepreneur atau membuka lapangan usaha sendiri, seharusnya itu hidup utk kerja atau kerja utk hidup?. Pemerintah juga cenderung tidak adil dalam mengurus rakyatnya, pantas saja banyak orang2 jenius dari indonesia yang sukses di Luar sana, karena disana mereka bebas berekspresi, didukung dengan penuh utk mengembangkan kemampuan mereka
    ada artikel yang pernah saya baca, orang luar kalau interview seorang calon pegawai bertanya apa kemampuan anda?berapa gaji yang anda inginkan sesuai keinginan?
    kalau di indonesia : kamu bisa ini? gak bisa yaudah out aja, kamu bisa, oke saya kasih gajinya segini (dibawah standar gaji) dan tanpa pilihan. itu sih kebanyakan realitanya

    BalasHapus
  3. Walaupun agak males baca karena postnya panjang banget, tp saya bisa memetik sedikit pelajaran setelah saya rampungkan membacanya. Inilah Indonesia, jadi kita harus bagaimana lagi mas ??

    BalasHapus
Top