Loading…

Menggunakan Produk Dalam Negeri

Kadang-kadang orang Indonesia itu kebanyakan menuntut tapi ya cuma bisa menuntut saja. Sering memberikan himbauan untuk memakai barang-barang dalam negeri tapi tidak pernah memberikan sesuatu yang berkualitas yang bisa membuat kita bangga saat menggunakannya.

Bisa tidak sih sebenarnya, membedakan antara anti produk luar negeri dengan cinta produk dalam negeri? Ingin maju cuma dengan modal gengsi saja tidak akan cukup. Mana hasilnya? Lebih baik kita semua fokus ke batik dan kebudayaan dulu lah… jangan terlalu memaksakan diri melangkah ke teknologi-teknologi canggih. Takutnya yang sudah ada nanti malah jadi tidak terurus. Tahu tidak? Selama ini kita cuma merasa iri dengan apa yang telah berhasil dilakukan oleh negara-negara lain dalam mempengaruhi selera masyarakat kita. Mengungkapkan keinginan untuk bisa menciptakan mobil sendiri —misalnya— itu tidak sopan dan terkesan nggak mikir. Mereka bisa menciptakan mobil karena telah melakukan penelitian selama puluhan tahun, dan mereka tidak mengawalinya dengan merengek-rengek sepertimu untuk meminta dibuatkan mobil dan motor. Bayangkan. Puluhan tahun, saudara-saudara. Kalau sampai saat ini kita masih saja berada dalam tahap menghayal dan ingin saja, kapan waktu yang puluhan tahun itu bisa terlewati?

Sebenarnya hal-hal yang membanggakan dari negara lain itu tidak banyak kok, cuma modelnya saja yang diperbanyak. Jepang unggul dalam teknologi otomotif, elektronik dan film kartun. Sudah, itu saja. Cuma karena bentukya dibuat macam-macam jadinya kelihatan banyak. Korea unggul di segi musik dan film. Sudah, itu saja. Masih ingin mengatakan bahwa mereka memiliki keunggulan lain? Makanan? Budaya? Tempat wisata? Kita juga punya. Sebenarnya selama ini mata kalian semua itu melihat ke mana saja sih?

Bapak dan Ibu sekalian sering menuntut kita semua agar jangan terlalu banyak memakan “makanan” luar negeri. Tapi lha Anda sendiri memberi kami makanan yang tidak enak. Ingin menjadi setingkat dengan negara-negara maju tapi mengikuti kedisiplinan mereka dalam belajar dan berinovasi saja tidak mau. Memangnya membuat mobil dan komputer itu gampang apa? Bisanya cuma menghimbau untuk menggunakan produk dalam negeri. Masih mending kalau produknya ada. Tapi mana produknya? Sebenarnya Bapak dan Ibu itu sedang menyuruh kita untuk memakai produk dalam negeri yang mana?

Menuntut bisa memproduksi kendaraan bermotor bahkan mobil bertenaga listrik, tapi kok mobil buatan anak SMK yang baru jadi kemarin sekarang sudah berdebu?

Kasihan sekali para pembawa acara dan para narasumber di televisi. Mulut mereka pasti kecapekan karena berbasa-basi. Setiap kali ide-ide baru dan berbagai inovasi dari anak negeri diberitakan, sang pembawa acara di televisi dan para reporter cuma bisa mengatakan, “Kita berharap agar mereka bisa mendapatkan dukungan dari pemerintah agar kelak kita bisa memproduksi mobil dan sepeda motor sendiri, sehingga kita tidak lagi menjadi negara yang tertinggal”.

PREEETTTT!!!!! Mana dukungannya? Tidak ada kan? Para inovator muda cuma digunakan pejabat sebagai bahan pencitraan untuk keperluan kampanye saja. Paling cuma bertahan dua sampai tiga hari. Cuma dengan modal mengelus-elus kepala para bocah pintar lugu lagi miskin yang terlalu banyak berharap akan negaranya, sambil berucap kebanggaan-kebanggaan kosong yang tidak dibarengi dengan apresiasi yang serius. Dasar mental selebritis. Maunya cuma muncul ketika ada kamera saja.

“Saya sangat bangga dengan anak-anak SMK yang telah berhasil menciptakan mobil sehingga kita tidak akan kalah dengan negara lain nantinya…” “Kami sebagai pemerintah merasa bangga kepada anak-anak negeri yang…”

Sekali lagi PREEETTTT!!!!! Omongan kalian itu cuma bikin sakit telinga saja. Kebanggaan kalian itu tidak penting. Kebanggaan kami yang lebih penting. Jika kami masih saja diremehkan seperti ini, kapan kami bisa merasa bangga?

21 Juli 2013

2 Komentar:

  1. sekian pidato dari saya, sekiranya salah mohon terpaksa dianggap betul.. itu semua sudah nyata di depan mata, ibu bapak... terimakasih...

    BalasHapus
Top