Taufik Nurrohman

Orang bilang penyuka film kartun itu kekanak-kanakan, padahal mereka tahu bahwa pembuat film kartun semuanya adalah orang dewasa.

Kamu bisa memendamnya seumur hidup, dan kamu tidak akan mati karenanya.

Seorang teman Saya pernah memberikan nasihat; bahwa lebih baik sakit hati setelah penolakan daripada sakit hati setelah lama dalam penerimaan, karena tidak banyak kenangan yang harus dilupakan.

Saya belajar bagaimana memahami rasa sakit hati melalui uang kertas tak layak pakai. Ketika Saya mendapat kembalian berupa uang kertas tak layak pakai, saat itu Saya merasa sangat kecewa, tapi di saat yang bersamaan Saya juga tidak sanggup untuk mengungkapkan rasa kecewa Saya. Dan pada saat Saya membayar makanan yang telah Saya beli dengan uang kertas tak layak pakai, pada saat itu Saya dapat melihat bagaimana orang baik berusaha menutupi rasa kecewanya kepada Saya. Tapi Saya tetap tidak bisa melakukan apa-apa.

Satu bulan satu hari di dalam RS. Waktu yang terlalu sebentar bagi Saya untuk berani mengambil kesimpulan bahwa Saya sudah jenuh. Bukan dengan RS, tapi dengan kampus. Entah kenapa hilang bayangan dalam pikiran Saya untuk kembali lagi ke kampus. Rasanya seperti ingin lari. Ingin ketemu orang-orang baru lagi. Ingin menjadi orang asing lagi.

Saya tidak suka ketika ada saat dimana Saya berada dalam keadaan yang sangat tertekan untuk melaksanakan sebuah tugas, dan pada saat yang bersamaan semua orang di sekeliling Saya tampak berusaha terlalu keras untuk memberi tahu Saya bahwa semuanya baik-baik saja.

Menjadi seseorang yang diistimewakan “by nature” membuat Saya merasa seperti ditakdirkan untuk tumbuh sebagai manusia dengan kebutuhan hidup yang sangat khusus. Seorang anak berkebutuhan khusus. Meskipun kadang Saya juga berpikir bahwa mungkin Saya memang membutuhkan hal-hal yang khusus, karena tanpa itu Saya tidak akan bisa menghasilkan sesuatu yang khusus pula.