Anak Ayah
Jangan pernah meremehkan naluri seorang ibu. Itu yang ingin kukatakan. Sepertinya kali ini Aku mendapatkan cobaan lagi. Lagi dan lagi. Sesuatu telah terjadi padaku. Komputer pusat, yang seharusnya menjadi satu-satunya sumber penghasilanku kini mengalami sakit keras. Padahal proyek Pusat Layanan Internet Kecamatan ini masih belum sepenuhnya sempurna, namun dalam kurun waktu kurang dari satu bulan Aku sudah merusaknya. Ya, Aku rasa Akulah yang merusaknya.
Padahal Aku hanya ingin belajar. Tidak kusangka mencari berkas-berkas PDF penting dan stok fotografi untuk desainer grafis saja bisa membuat sebuah komputer menjadi rusak. Aku tidak mengerti sebenarnya apa yang sedang Tuhan perbuat padaku akhir-akhir ini. Semuanya telah Anda rusak sekarang. Dan Anda telah menghentikan laju hidupku sampai detik-detik berikut ini. Ya, Andalah yang merusaknya!
Tidak jarang kami berdua saling berkonflik akan masalah-masalah yang telah terjadi. Aku bukanlah seorang manusia dengan iman setinggi gunung. Berbeda dengan orang-orang beriman pada umumnya yang telah diberi kemampuan untuk bisa dekat dengan Tuhan mereka karena kegigihan mereka dalam beribadah, Aku justru lebih sering merasa semakin dekat dengan-Nya karena masalah-masalah yang telah Dia berikan. Hubungan kami sangat dekat, walau iman sebatas kacang kucing dan tai kucing. Meski definisi dekat di sini bukan berarti berhubungan baik atau saling menyenangkan satu sama lain.
Ya. Hubunganku dengan Tuhan selama ini memang tak pernah baik. Pada intinya, Aku hanyalah seorang anak sombong yang selalu ingin tahu akan kemampuan Tuhan. Aku hanya merasa sedikit kecewa dengan cara kerjanya. Apakah Aku telah didiskriminasi? Tuhan, apakah Anda telah mendiskriminasi Saya?
Kitab suci. Aku tidak begitu mengerti apa makna tersirat di dalamnya. Entah itu karena sifatku yang idealis atau karena iblis-iblis yang telah menyesatkanku, terkadang Aku berpikir bahwa, mengapa Aku harus membaca huruf-huruf arab yang pada kenyataanya bukan berasal dari negeriku? Bahkan Aku pribadi tidak pernah mempunyai waktu untuk mempelajari bahasa orang timur itu. Karena selama ini Aku berpikir, jika kita bisa begitu mudah melihat arti-arti tiap ayat hanya dengan membaca baris-baris terjemahan di sisinya, mengapa kita harus membaca di sisi yang tidak kita mengerti?
Aku bisa menggambarkan kasus ini sebagai sebuah perumpamaan ketika seorang dokter dari negeri Cina yang tidak bisa berbahasa Spanyol hendak mengobati pasiennya di negara tersebut. Saat itu sang pasien mengalami sakit parah yang penyakitnya ternyata belum pernah ditangani oleh dokter tersebut sebelumnya. Sementara sang dokter saat itu hanya memiliki sebuah buku kedokteran berbahasa Spanyol yang dia sendiri tidak mengerti arti tulisan di dalamnya. Jika itu terjadi, maka apa yang akan terjadi dengan sang pasien?
Terkadang Aku suka tertawa sendiri saat mengingat perumpamaan itu, walau kepala ini tetap saja berputar-putar pada sebuah ketidakmengertian. Aku selalu menggambarkan kitab suci sebagai obat. Namun jika Aku sendiri tidak mengerti apa makna tulisan yang Aku baca, lalu apa yang akan terjadi padaku berikutnya? Aku selalu menanyakan itu kepada Tuhan, namun Tuhan selalu melarangku untuk mengerti lebih jauh. Dia selalu berkata, “Jaga pikiranmu! Jaga pikiranmu!” Dan Akupun menjaga pikiranku. Haruskah Aku percaya kepada Tuhan tanpa alasan? Tuhan, haruskah Saya mempercayai semua kekuasaan Anda seperti apa yang ibuku minta? Meski tanpa alasan?
Saat itu Aku mengurung diri dalam kamar. Sibuk mengacak-acak rambut ikalku karena Aku masih tetap tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi padaku. Tentang mengapa semua hal yang aku sentuh akan selalu berakhir dengan kerusakan. Tentang mengapa semua keingintahuanku akan dunia selalu berakhir dengan kesalahan? Seolah Aku adalah pembawa sial dunia.
Dan satu hal keajaiban Tuhan yang juga masih tak kumengerti: tiba-tiba ibuku membuka pintu kamarku, bersama dengan raut mukanya yang sangat cemas.
Aku terlentang tak beraturan di atas kasur. Menutupi wajahku yang marah. Marah kepada diri sendiri. Sementara ibuku hanya duduk di sisiku pelan. Dengan suaranya yang lembut ia mulai bicara.
“Itulah sebab kenapa ibu tidak mau kamu bekerja terlalu jauh. Jangan pernah meremehkan firasat ibu. Meskipun kamu berada jauh dari ibu, ibu masih tetap tahu seperti apa keadaanmu di sana.”
Aku masih tetap diam, hanya menutupi wajahku saja.
“Cuma ibu saja yang tahu, seperti apa kamu yang sebenarnya. Kamu itu keras kepala, pikiranmu masih sangat pendek, juga mudah putus asa. Hanya karena sebuah komputer yang rusak saja kamu bisa sampai begini.”
Ya, harus kuakui, pikiranku memang masih sangat pendek. Aku tidak mempunyai banyak waktu untuk merenung. Sudah tidak ada waktu lagi.
Dengan senyumannya yang tidak menyinggung perasaan itu, dia mulai menyentuhku.
“Kamu itu sama seperti ayahmu, tangannya usil. Suka utak-atik sana-sini. Tidak sabaran, inginnya cepat bisa. Kamu belum tahu, dulu nenekmu pernah cerita kepada ibu bahwa waktu kecil ayahmu juga suka utak-atik radio sembarangan. Sampai akhirnya radionya rusak total, lalu ayahmu memperbaikinya lagi sampai berbunyi. Jangan terlalu keras memikirkan masalah ini. Ibu yakin, nanti pasti ada jalan keluarnya.”
Nanti pasti akan ada jalan keluarnya. Selalu itu yang ibuku katakan setiap kali dia menyadari bahwa Aku sedang terkena masalah. Meski itu adalah salahku, namun dia tak pernah berusaha untuk menyalahkanku. Dan setiap kali semuannya sudah terlanjur berlalu, sangat sederhana yang kemudian dia katakan, “Jika kamu ingin tahu apa ini, maka ibu akan mengatakannya. Ini adalah pengalaman. Dan yang namanya pengalaman itu tidak melulu berarti menyenangkan, namun terkadang juga pahit. Tapi justru, karena hal-hal yang pahit itulah, kita akan terbentuk menjadi sosok pribadi yang lebih sabar, tegar dan bijaksana. Kamu lihat saja nanti, akan menjadi orang seperti apa di masa depan.”
Bukankah ibuku adalah sosok yang sangat pandai memotivasi orang? Sampai sekarang Aku sendiri juga masih terkagum-kagum. Meski setiap orang di luar dunia kami lebih cenderung melihat ibuku sebagai orang desa yang lugu dan tidak tahu apa itu fesyen dan teknologi, namun Aku sendiri tahu bahwa ibuku mempunyai semacam kepribadian ganda. Dia mempunyai intensitas kepekaan melebihi rata-rata. Dan kini, kemampuan itu juga telah menurun padaku. Terkadang, Aku suka merasa seperti bisa membaca pikiran orang. Bahkan, dulu Rozak juga pernah bilang padaku, bahwa aku ini orangnya lumayan pintar “membaca orang”.
Ya. Ibuku adalah sosok yang sangat istimewa, yang walau hanya dengan sesuatu sesederhana sentuhan tangan, dia sudah bisa membuatku naik lebih tinggi lagi. Meski sebuah saat di masa lalu tetap saja masih membuatku bersedih dan berkecewa sepenuhnya kepada Anda. Saat-saat naiknya ombak hati ibuku yang bergejolak. Meski ia adalah soorang wanita perkasa yang sangat optimis, itu bukan berarti ia tak pernah jatuh ke jurang. Hati dan suaranya selalu saja bergetar tiap kali ia menyatakan ketidakmampuannya padaku. Ibuku pernah berkata padaku, bahwa sebenarnya selama ini dia merasa sangat bodoh sebagai orangtua karena tidak mampu menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi. Sebuah alasan yang masuk akal tentang mengapa selama ini Aku berusaha keras untuk menjadi orang sukses meski dengan penuh kekeraskepalaan. Semua perjuanganku, pengorbananku dan rasa sakit yang bertubi-tubi ini hanya kuberikan semata-mata demi ibuku dan seluruh keluargaku yang kucintai.
Awalnya, kupikir rencana baik itu akan segera berjalan lancar, namun ternyata? Anda kini menggagalkan rencanaku lagi. Entah sesuatu apa yang telah mendorong Anda untuk tidak menyetujui rencana-rencana Saya. Anda bilang, Anda tidak akan pernah memberikan cobaan melebihi kemampuan hamba-hamba Anda. Dan kini, Saya akan mencoba untuk tetap percaya. Meski harus kuakui, bahwa untuk saat ini rasa kepercayaanku ini bukanlah semata murni dari dalam hati. Kucoba untuk tetap percaya karena Aku percaya kepada ibuku. Meski kereta tak pernah pasti kapan dan di mana akan datang. Dan Aku masih tetap menunggu.
28 Mei 2011
Hai, Taufik. Saat itu kita usianya berapa ya? Mungkin sekitar 18 tahun. Jangan khawatir, masa depanmu sekarang sudah tidak lagi di Pusat Layanan Internet Kecamatan. Kamu sekarang benar-benar telah terbebas darinya. Kini Saya lebih sering menghabiskan waktu untuk belajar sendiri meskipun tidak dalam pekerjaan, tapi Saya merasa cukup senang dengan itu. Kita berdua masih sama, cuma dari segi mental mungkin sudah lebih baik. Jangan berpikir yang berat-berat dulu, sekarang adalah giliran Saya menggantikanmu. Saya sedang belajar dan masih tetap berusaha untuk mencapai tujuan kita. Jadi jangan khawatir. Saya masih tetap mempertahankan keinginan dan impian kita dulu. Ummm... dan mengenai kitab suci, mungkin kamu belum sempat membaca manfaatnya:
BalasHapusDr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran, seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan perubahan fisiologis yang sangat besar.
Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan. Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.
Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Alquran terbukti mampu mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang men dengarkannya.
Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Alqur’an.
Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Alquran dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an. Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan bacaan Alquran dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa Arab yang bukan dari Alqur’an - Sumber
Semoga ini bisa menenangkan hatimu. Dan sedikit info mengenai masa depanmu saat komputer selalu rusak dan diperbaiki dan rusak lagi, pada saat itu kamu juga telah mendapatkan berbagai pengalaman yang tidak bisa dibilang tidak bermanfaat. Percayalah, karena Saya adalah kamu
eiiit udah baca postingannya kok mas.. wkwkwk
Hapusemang yah perbedaan jenius dan gila itu sangat tipis. designnya keren, Cerita dan pemilihan kata2nya filosofis abis, komentar pertama di atas bikin ngakak dan aku rasa salah satu cara yang jenius buat berimajinasi antara masa kini, masa lalu dan masa depan adalah seperti ini (cerita dan komentar di atas)
baru tahu hehe
HapusWkwkwkwk ...(ngakak) baca koment atas (bukan tentang penelitiannya, tapi tentang logikanya) , andai saja kita yang dimasa depan mau berbaik hati memberikan nasehat, info, setidaknya kode ataupun enkripsi, tentang keadaan di masa depan tersebut...
BalasHapusYah... kita hanya mereka-reka tentang efek dari keputusan yang ambil saat ini...