Loading…

Menendangnya

Seperti saat kita melihat seekor anak kucing yang hampir mati di antara anak-anak kucing yang lainnya. Dalam hati kita akan selalu terbesit dua sisi harapan: Pertama, kita berharap agar anak kucing tersebut bisa segera sembuh. Ke dua, kita berharap agar anak kucing tersebut bisa segera mati.
Hal-hal semacam itu pula yang selalu terjadi saat Aku menjalani masa-masa seperti ini. Saat pertama, kuharap agar ini semua bisa segera berlalu, namun di saat kemudian Aku juga bahkan berpikir untuk bisa menendangnya dan membiarkan semuanya musnah, sehingga tidak akan ada lagi korban lain yang akan terkena imbas masalahku.

Autumn

Kupikir kita semua sudah mengerti bahwa untuk menjadi seorang manusia yang berhasil (berhasil baik), maka memang itulah konsekuensinya. Tidak akan ada keberhasilan saat kita terus mencoba untuk berhasil. Itu adalah kenyataan, dan saat semuanya telah menyelimuti diri kita, ketika itu satu-satunya pemikiran kita adalah untuk segera meninggalkannya dan menendangnya jauh-jauh. Meninggalkan harapan dan cita-cita yang sudah terlalu lama berusaha memanjati pohon pinang mati yang telah ternodai oleh lumpur dan sabun colek. Kita merasa bahwa melupakan sesuatu yang sudah lama menyatu dengan setiap langkah dan arah tujuan hidup kita mungkin akan membuat kita jauh lebih bahagia. Meninggalkan tugas dan memutuskan untuk bersenang-senang dengan mainan kita selama ini. Semua orang juga pasti mau kan?

Sampai Aku menyadari mereka semua. Ibuku, kakakku dan ayahku yang masih terbiasa bergantian menaiki sepeda dengan kayuhan mereka yang berat. Sementara Aku di sini menaiki sepeda motor satu-satunya yang tersisa (Dan memang sejak dulu hanya itu).
Aku tidak bisa menunda sesuatu lagi. Sesuatu yang telah lama kurintis. Ini bukan hanya sekedar cita-cita pribadi semata. Kupikir, sepertinya semua ini jauh lebih dari apa yang Aku pikirkan selama ini. Ini mengenai keluarga.
Setiap kali Aku memperhatikan mereka, selalu. Selalu kuharap agar Aku bisa segera sukses dengan cepat dan segera membeli mobil yang banyak!!!
WAHHH… Yah, itu adalah impian seorang anak berusia 19 tahun dengan mental 16 tahun. Memangnya siapa yang peduli dengan itu?

Hanya tinggal menunggu waktu sampai saat itu kita sadari bahwa semuanya sudah mulai meredup. Jika kita bisa merasakannya, sebenarnya sikap kita yang terbiasa mengambil sudut pandang bahwa takdir dan keputusan alam adalah sesuatu yang hidup, saat itu kita juga pasti akan merasakan hal yang sama. Meskipun tetap saja, kita tidak akan pernah bisa merasakan perubahan tingkatan tentang apa yang telah kita perjuangkan sampai sejauh ini.
Sampai seseorang mengatakan sesuatu kepada Anda…

23 Desember 2011

0 Komentar

Top