Hari ini adalah untuk pertama kalinya Saya berhasil melakukan presentasi di depan orang lain dengan lancar, 49 orang mahasiswa dalam satu kelas. Tingkat keberhasilan yang Saya maksud di sini bukanlah mengenai nilai atau prestasi dari presentasi Saya, melainkan adalah mengenai perasaan Saya ketika sedang dan setelah selesai melakukan presentasi. Lagipula Saya cuma membaca slideshow saja, jadi ini sama sekali bukan merupakan sesuatu yang besar.
Bagi orang-orang seperti Saya, ini bukanlah sesuatu yang mudah. Saya anggap bahwa Saya telah berhasil karena Saya sudah tidak lagi merasakan adanya perasaan penyesalan atau kekurangan sedikitpun setelah selesai menampilkan diri di depan orang banyak. Mengenai nilai, Saya tidak begitu mempedulikannya. Asalkan itu setimpal dengan seberapa keras Saya berusaha, maka itu sudah cukup. Karena yang terpenting bagi Saya adalah mengenai efek positif, efek positif yang ditimbulkan dari hal-hal yang Saya alami untuk Saya. Itu semua sangat penting bagi Saya.
Saya pernah berucap dalam hati seperti ini: Saya baru bisa dikatakan sudah sukses apabila; Pertama, ketika Saya sudah bisa berbicara dengan lancar di depan orang banyak dengan menggunakan mikrofon tanpa adanya rasa takut dan menyesal setelah menyelesaikannya. Ke dua, ketika Saya berhasil pergi ke luar Indonesia untuk melakukan sesuatu, untuk memberikan kontribusi tertentu kepada negara tersebut melalui fisik Saya. Dan Saya sudah berhasil melakukan yang pertama untuk yang pertama kali. Untuk selebihnya seperti kekayaan, jodoh dan kelancaran hidup Saya yakini akan bisa mengikuti secara otomatis asalkan Saya sudah menyelesaikan dua target keberhasilan Saya tersebut.
Saat ini Saya mengerti mengapa selama ini Saya tidak pernah memiliki keberanian untuk maju dan berbicara di depan umum, apalagi dengan memakai mikrofon. Alasannya adalah karena Saya tidak pernah berusaha untuk mengenali orang-orang yang berada di hadapan Saya. Waktu ospek kemarin Saya juga pernah diminta untuk maju ke depan, tapi karena keadaan saat itu Saya benar-benar masih belum mengenali orang-orang yang ada di sekitar Saya, jadi saat itu bawaannya tegang terus dan ingin lari saja. Rasanya takut, dan ingin nangis-nangis atau teriak, atau mukulin orang-orang yang ada di mana saja. Akhirnya, saat itu Saya berbicara sekenanya saja, dengan keadaan badan yang gemetar serta ekspresi wajah yang akan membuat orang-orang yang melihat Saya saat itu menjadi nelangsa. Saya tidak ingin mengingat-ingatnya lagi.
Ini sungguh bukanlah sesuatu yang besar, tapi ini sangat berarti bagi Saya yang serba terbatas. Lingkungan di kampus ini sangat bagus, Saya merasa lebih percaya diri sekarang. Dan bukan hal yang tidak mungkin jika pada saatnya nanti masa-masa praktek sudah datang, maka saat itu Saya akan bisa melaksanakan prosedur penyuntikan pasien dengan lancar. Menyuntik adalah sesuatu yang sejak awal sudah Saya khawatirkan. Saya khawatir tidak sanggup melakukannya karena banyak faktor, salah satunya adalah faktor perasaan takut.
18 Oktober 2014
0 Komentar
Mirip