Pasien Gawat Darurat
Ada sebuah pilihan terakhir. Jika seseorang sedang bersusah hati karena kecerobohannya, menunggu waktu memberikan kesempatan untuknya agar bisa memperbaiki kesalahannya yang dulu, namun ternyata saat itu tidak juga tiba hingga kesempatan itu terasa hilang jauh berpihak kepada seseorang yang lainnya, maka satu-satunya pilihan terakhir baginya hanyalah dengan memutarbalikkan tujuannya. Dia yang tadinya berbuat salah dan ingin memperbaiki kesalahannya, namun kenyataannya memang tidak bisa atau belum diberi kesempatan, kenapa tidak Kau ubah saja tujuanmu itu untuk memperbaiki sesuatu yang lain yang bukan diri pribadimu? Sebuah kesimpulan yang sangat sederhana, jika seseorang terpaksa tidak bisa memperbaiki dirinya, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan waktunya hanyalah dengan memperbaiki sesuatu yang lain. Pengertian seperti itulah yang selama ini terus kujejal-jejalkan ke dalam otakku setiap kali Aku merasa putus asa. Hingga pada akhirnya wujud teori itu justru bangkit dari seorang tetangga yang ngomong sembarangan di saat lebaran.
Pagi hari yang cerah. Dan Aku masih tetap mendung seperti sebulan yang lalu. Aku, yang sedang duduk-duduk di pojokan sambil berhancur hasrat dan nafsu tiba-tiba saja dikejutkan oleh kunjungan sekumpulan tetanggaku yang aneh.
Dan sama seperti di tahun-tahun sebelumnya, mereka, yang kusangka akan sibuk mengobrak-abrik toples-toples sesajen lebaran di atas meja justru malah berpaling antusias melihat dan mengelus-elus barang-barang elektronik rusak garapan ayahku. Seolah-olah, yang namanya profesi di bidang elektronik itu hanya bisa dikerjakan oleh orang-orang jenius. Salah seorang tetanggaku, yang kebetulan juga tinggal di sebelah rumahku tiba-tiba saja bertanya padaku asal, "Gimana Fik, di rumah kamu masih suka berguru elektronik sama ayahmu?" katanya sambil tertawa berkelakar.
Sungguh, selama ini Aku tidak pernah menyadarinya, bahwa lowongan kerja mendadak yang selama ini kucari-cari ternyata berada di dalam rumahku sendiri. Di bawah kakiku! Ayahku yang selama ini bekerja sebagai dokter elektronik memang seharusnya sudah pensiun sejak lama. Dan kurasa, sekarang adalah saat yang paling pas untuk mengambil "profesi jenius" itu. Meskipun kenyatannya, Aku memang masih butuh berguru lebih banyak lagi mengenai cara kerja setrum-setruman itu.
Betapa bodohnya Aku, ternyata selama ini Aku telah dibutakan oleh cita-cita masa depanku yang akan tercapai dengan mudah jika mempunyai banyak uang. Selama ini Aku terlalu sombong dengan profesi. Saking sombongnya Aku akan profesi terbaik yang bisa kuraih, semua hal yang seharusnya bisa kulakukan untuk mengisi waktu luangku kini malah menghilang jauh dari daftar solusi efisiensi waktuku. Sebuah profesi, sebenarnya bukan masalah gaji atau jabatan. Ini masalah kepercayaan. Dan pasien-pasien gawat darurat ayahku sepertinya mau memberikan kepercayaan itu padaku.
Sedangkan mengenai cita-citaku… Entahlah, untuk sementara ini kubiarkan saja mereka semua berjalan sesuka hati mereka. Lagipula, mereka itu kan sudah dewasa?
Oke! Sekarang adalah saatnya untuk bangkit dari alam kuburan. Terus berdiri tegak dan menyemangati diri untuk menginjak-injak, melecehkan dan meludahi masa laluku yang (bagiku) buruk. Kuputuskan untuk bangkit dari keputusasaanku dan memulai semuanya dari awal lagi.
Kuputuskan untuk belajar menjadi menjadi dokter.
10 September 2010
Tuh khan.. ternyata emang ada rahasia Allah dibalik semua peristiwa..
BalasHapusJANGANLAH MENGGANTUNGKAN HARAPAN PADA HARI ESOK YANG SAMAR.. TANCAPKAN HARI INI SEBAGAI TONGGAK PERJUANGAN TUK MERAIH SUKSES YANG GEMILANG..
Aku bukan seorang design grafis sob.. kerjaku cuman sebagai staff PPIC (production Planning & Inventory Control)..