Kadang Saya tidak tahu sebenarnya Saya harus berperan sebagai apa dalam keluarga Saya sendiri. Menjadi anak bungsu itu penuh dengan berbagai aturan dan rencana yang telah dibuat sedemikian rupa oleh saudara-saudara Saya yang telah lahir jauh lebih dulu dari Saya. Menjadi anak bungsu itu ibarat butir benih tanaman yang telah menjadi milik orang lain. Tugas Saya hanya bertumbuh. Tumbuh di dalam pot dan lingkungan yang sudah mereka persiapkan sejak lama, dimana Saya tidak bisa pergi ke mana-mana. Tidak, sampai Saya berhasil tumbuh sesuai dengan rencana.
Saya tidak menyalahkan kedua orangtua dan saudara-saudara Saya. Karena Saya tahu bahwa semua yang telah mereka perjuangkan untuk Saya adalah demi memutus penyesalan keluarga di masa lalu. Dan mereka tidak ingin jika Saya sampai berhenti di titik yang sama seperti mereka saat ini. Karena menjadi dewasa adalah sebuah penyesalan. Karena dulu tidak banyak melakukan hal. Karena baru sekarang mereka dapat berandai-andai: kalau saja keadaan ekonomi di masa lalu bisa lebih baik seperti sekarang, mungkin mereka dapat tumbuh menjadi seperti Saya, untuk kemudian banyak melakukan hal. Banyak memperoleh sesuatu. Karena dulu mereka terlanjur meninggalkan berbagai kesempatan yang telah datang. Karena prioritas saat itu memang benar jauh berbeda dengan prioritas saat ini. Hingga saat ini, mereka sadar bahwa mereka sebenarnya mampu, tapi faktor-faktor pendukung yang telah ada untuk merealisasikan kesempatan-kesempatan tersebut, kini justru datang terlambat.
Menjadi anak bungsu berarti siap untuk dianggap sebagai anak-anak sepanjang masa. Bahwa Saya masih dianggap belum mampu hidup mandiri karena mereka tidak percaya dengan kemampuan Saya, bahwa mereka khawatir dengan masa depan Saya, Saya tahu itu semua perlu Saya terima karena mereka tidak ingin jika Saya sampai tumbuh dan menjadi dewasa seperti mereka.
Saya pikir, semua anak bungsu pada dasarnya memiliki kewajiban yang sama, yaitu untuk memperbaiki derajat keluarga; menjadi harapan terakhir. Satu-satunya orang yang disemogakan mampu melanjutkan cita-cita saudara-saudara sebelumnya yang karena suatu hal akhirnya harus terhenti. Karena ambisi itu terbatas pada waktu dan usia. Bahwa banyak hal yang sebenarnya masih perlu untuk dibenahi ketika kita semakin tua; sedangkan biaya hidup, status kesehatan, orang-orang, serta lingkungan yang harusnya mampu mendukung perjuangan kita saat itu, kini telah menghilang tak berbekas.
Menjadi anak bungsu berarti rela mengorbankan masa muda, dan oleh karena itu prioritas Saya saat ini menjadi benar jauh berbeda dengan prioritas Saya yang sebenarnya. Harus rela mengorbankan keinginan-keinginan Saya, rela mengorbankan kesempatan Saya. Mengorbankan jatuh cinta Saya. Karena yang Saya perjuangkan sepanjang tiga tahun ini akhirnya tidak lebih dari bagaimana caranya menghentikan penyesalan orang-orang di sekitar Saya. Betapapun Saya tahu, bahwa kelak Saya juga akan menyesali semua ini.
24 September 2017
0 Komentar