2016/10/10 07:09:00 PM

Ujung-ujungnya tetep hidup sendiri lagi. Hidup bareng teman yang bisa nerima Saya apa adanya itu ngga gampang. Yang ada malah Saya yang harus usaha memaklumi kekurangan-kekurangan mereka. Kalau sudah nggak kuat ya udah; berdiri angkat badan dari kursi, yang tadinya kita duduk bareng sama-sama, terus misah lagi. Biarin mereka ketawa haha-hehe bareng kelompok mereka sendiri. Saya nggak ngerasa dapet keuntungan, yang ada kadang Saya yang merasa dirugikan.

Nuntut mereka buat nerima kekurangan-kekurangan Saya itu mustahil. Karena usaha Saya buat nerima kekurangan-kekurangan mereka juga kadang mustahil; pasang surut naik turun. Saya harus realistis bahwa setiap orang itu sudah punya kepentingan mereka masing-masing. Saya tidak termasuk di dalamnya. Begitu pula dengan Saya, yang juga punya kepentingan sendiri.

Mungkin sekarang keadaannya memang lagi surut. Kalau suatu waktu Saya ternyata tidak dapat dukungan positif dari orang-orang di sekeliling Saya untuk dapat memenuhi kepentingan-kepentingan Saya dengan cara hidup bersama mereka, maka Saya akan pergi.

Saya cuma siap jika Saya harus dimintai bantuan, tapi Saya tidak siap untuk disuruh. Meminta bantuan dan menyuruh itu berbeda. Harus ada standar status yang jelas antara mana yang membutuhkan dan mana yang dibutuhkan, antara mana yang tidak mampu dan mana yang berpikir bahwa mungkin akan enak jika suatu tugas atau kewajiban bisa dilakukan oleh orang lain. Oleh Saya.

Teman-teman yang bisa diajak susah bareng dan yang rasanya Saya nggak akan keberatan jika harus hidup susah bareng mereka itu bisa dihitung jari. Sayangnya, kelompok manusia dengan tipe kepribadian dan tujuan hidup yang sama sepertinya nggak pernah ditakdirkan untuk hidup bersama-sama.