Untuk mengetahui bahwa kita sedang menyukai seseorang karena kelebihannya itu mudah. Mudah untuk mendapatkan jawaban dari orang-orang tentang alasan mereka menyukai orang lain. Seperti karena kecantikannya, ketampanannya, kepintarannya, sifatnya, kekayaannya, dan lain sebagainya. Tapi akhir-akhir ini yang sering Saya perhatikan dari seseorang yang berusaha untuk Saya sukai justru ada pada kekurangan-kekurangannya. Saya cuma ingin memastikan apakah dengan mengetahui kekurangan orang tersebut Saya masih mampu menyukainya atau tidak. Jika ternyata jawabannya adalah tidak, maka Saya anggap itu bukan suka, apalagi cinta, melainkan hanya sebatas perasaan kagum yang biasa.
Kamu suka memandang langit saat matahari terbenam karena tampak indah, bukan karena di langit tidak ada oksigen, dan bukan karena matahari memiliki suhu 5505 °C. Kamu mengagumi sesuatu karena kelebihannya, bukan kekurangannya.
Untuk menyukai seseorang dari kelebihannya itu mudah. Sangat mudah hingga kita sebenarnya tidak perlu melakukan usaha apa-apa. Oleh karena itu Saya cenderung mengabaikannya. Karena Saya tahu bahwa Saya tidak butuh banyak tenaga untuk bisa mengetahui bahwa Saya akan suka dengan seseorang karena kelebihannya. Jadi Saya memutuskan untuk mengabaikannya, dan lebih memilih untuk mencari tahu tentang kekurangannya; kepada hal-hal yang sekiranya butuh usaha ekstra untuk tetap berada pada rasa yang sama, meski sudah melihatnya dari dua sisi yang berbeda. Mencari tahu bagaimana caranya mencintaimu karena kekuranganmu, dan menganggap segala kelebihan yang ada pada dirimu sebagai reward saja atas segala usaha yang telah Saya lakukan untuk tetap mencintaimu, tanpa syarat. Karena untuk jatuh cinta kepadamu itu membutuhkan usaha.
29 Agustus 2018
1 Komentar
Bayu Handono
Semar berkata ke istrinya, “Kita beruntung. Orang lain jatuh cinta karena tahu kelebihan masing-masing. Kita jatuh cinta justru karena kekurangan masing-masing.”