Tanpa sadar kita sebenarnya sudah menggunakan konsep majas berkali-kali dalam kehidupan sehari-hari. Satu contoh sederhana adalah ketika kita mengungkapkan bahwa matahari sedang terbenam. Kata “terbenam” di sini adalah majas asosiasi untuk menunjukkan bahwa matahari seolah-olah terbenam ke dalam tanah. Padahal matahari tidak terbenam. Sistem tata surya kita yang bergerak. Bumi yang melakukan rotasi, dimana kita yang sedang diam di permukaan bumi mempersepsikan matahari sebagai benda yang bergerak, padahal bumi yang sebenarnya berputar terhadap dirinya sendiri.
Kita yang saat ini sedang berada di permukaan bumi dan bergerak bersama bumi, seiring waktu akan makin terbiasa dengan pergerakan bumi yang tetap, sehingga akan mempersepsikan bahwa bumi sedang diam. Bumi diam terhadap kita, namun bergerak terhadap matahari.
Saat kita berada di dalam pesawat yang bergerak maju, kita sepakat bahwa ruangan di pesawat beserta para penumpang di dalamnya adalah sesuatu yang diam. Jika kamu adalah seorang pramugari yang sedang berdiri menghadap ke depan di antara para penumpang yang juga menghadap ke depan dan mencoba untuk melompat-lompat di tempat, kamu tidak akan terlempar ke belakang badan pesawat meski saat itu pesawat sedang bergerak maju, melainkan akan tetap berada di tempat bersama dengan pesawat, sama seperti saat kamu melompat-lompat di permukaan bumi (yang bergerak).
Di sini kita bisa melihat bagaimana konsep relativitas umum Einstein bekerja. Bagi Einstein, kita pada dasarnya tidak bisa menentukan mana benda yang bergerak dan mana yang tidak. Hanya karena kita sedang berada di permukaan bumi, maka kita menganggap bumi diam. Sedangkan matahari, bulan, beserta benda-benda langit yang lain akan kita anggap sebagai benda yang bergerak.
Ini berbeda jika kita (katakanlah) sedang melayang di angkasa luar, begitu jauh hingga kita bisa melihat sistem tata surya kita sendiri. Pada situasi tersebut kita sepakat bahwa kita sedang berada pada posisi yang diam terhadap langit, terhadap alam semesta. Kita akan melihat bahwa bumi berputar pada porosnya, sekaligus juga berputar mengelilingi matahari dimana matahari di sini berperan sebagai poros dari orbit bumi. Begitu pula matahari yang juga berputar mengelilingi galaksi Bima Sakti.
Bergerak atau tidaknya suatu benda itu tergantung kepada kita; kita yang saat itu sedang berpihak kepada siapa. Ketika kita melayang-layang setinggi 3.260 km di atas permukaan bumi, kita sepakat bahwa kita sedang diam terhadap bumi. Tapi kenyataannya, pada saat itu kita sedang bergerak bersama bumi untuk berrevolusi kepada matahari.
Jika kita melihat dari sudut pandang matahari sehingga kita menyepakati bahwa kita yang saat itu sedang melayang-layang di angkasa tidak ikut berrevolusi kepada matahari (diam bersama matahari), maka planet-planet lain yang akan kita anggap bergerak mendekati atau menjauhi kita. Semakin kita mendekat kepada suatu planet maka semakin kita menganggap bahwa planet tersebut cenderung diam. Dan jika kemudian kita sampai mendarat pada satu planet tertentu, maka kita akan menganggap planet tersebut sebagai benda yang diam, sehingga matahari yang kita lihat dari planet tersebut kita anggap sebagai benda yang bergerak.
Semua hal tentang gerak dan waktu sebenarnya terbatas pada persepsi masing-masing pengamat yang tidak akan bisa diukur tanpa adanya pembanding. Dan kita sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk menentukan siapa yang bergerak dan siapa yang tidak.
Untuk mengetahui bahwa sebuah benda sedang bergerak, maka kita perlu memiliki satu pembanding berupa benda yang diam. Tapi bahkan kita sendiri tidak bisa memutuskan bahwa pembanding tersebut adalah sesuatu yang diam. Karena secara tidak langsung, saat kita sedang membandingkan antara benda yang bergerak dengan benda yang diam, pada saat itu, kita juga sebenarnya sedang menjadikan diri sendiri sebagai pembanding yang ke tiga, yang mau tidak mau harus memutuskan untuk berpihak kepada satu benda.
Ketika kita berpihak kepada benda yang bergerak dan kemudian mendekatinya hingga sampai pada kecepatan yang sama dengan benda tersebut, maka saat itu kita akan mengganggap benda tersebut sebagai benda yang diam, sedangkan benda yang diam akan kita anggap sebagai benda yang bergerak.
Kita telah lama menyimpulkan bahwa diri kita sendiri adalah sesuatu yang diam, sedangkan benda-benda lain yang mengalami perubahan posisi terhadap kita akan kita anggap sebagai sesuatu yang bergerak. Yang kemudian dapat Saya simpulkan bahwa konstanta diam yang sebenarnya adalah berada pada diri kita sendiri. Kita yang diam, benda-benda lain yang bergerak. Kita yang diam, waktu yang bergerak.
Lalu bagaimana jika ternyata waktu adalah satu-satunya hal yang diam, sedangkan kita beserta benda-benda yang lain, adalah sesuatu yang bergerak? Karena bisa saja, selama ini waktu tampak bergerak karena kita yang terus-menerus bergerak pada kecepatan yang sama bersama dengan alam semesta, sehingga seiring berjalannya waktu, kita akhirnya menganggap bahwa alam semesta adalah sesuatu yang diam terhadap waktu?
31 Agustus 2018
0 Komentar