Tidak Sakit

Hari ini jam empat sore, kami semua menjalani praktek menyuntik untuk yang pertama kali. Sebelumnya Saya sudah sempat menonton beberapa video praktek penyuntikan yang Saya unduh dari web sehingga Saya merasa lebih siap sekarang. Mungkin kamu bisa coba cara Saya itu untuk meringankan rasa takut yang kamu alami, terutama kalau kamu takut sama jarum suntik. Targetnya sebenarnya ada tiga, yaitu metode injeksi subcutan, intracutan dan intravena. Beberapa ada yang sudah praktek dan merasakan sendiri bagaimana rasanya disuntik, tidak semuanya. Ini baru tahap awal, dan Saya baru mengalami bagaimana rasanya diambil darahnya melalui vena. Saya belum sempat menyuntik saat itu karena hari sudah terlalu sore, dan kapas yang dipakai untuk mengusapkan alkohol juga sudah habis. Nasib. Tapi besok lagi Saya pasti bisa mencobanya. Lagipula, tujuan utama dari praktek ini sebenarnya adalah agar semua mahasiswa bisa merasakan bagaimana rasanya disuntik dan bagaimana rasanya menyuntik, masing-masing metode satu kali.

Saya tidak merasakan sakit, dan bagi Saya itu terasa janggal. Saya sempat terpikir kalau tanpa sadar mungkin Saya telah mengalami penyakit yang berbahaya seperti diabetes dan semacamnya, karena Saya pernah dengar ada cukup banyak efek samping dari penyakit-penyakit yang mengancam nyawa yang dapat menyebabkan gangguan pada indera perasa, dalam hal ini adalah saraf-saraf di kulit. Akan tetapi Saya tidak pernah mengalami riwayat sakit separah itu. Saya hampir tidak pernah pergi ke rumah sakit. Saya belum pernah sakit sampai harus menginap di rumah sakit. Saya sehat.

Tapi rasa siap yang Saya alami tetap saja terasa aneh. Bagaimana mungkin Saya bisa sampai melihat diri Saya sendiri yang sedang disuntik, dan bisa meminta Sutikno, seseorang yang saat itu menyuntik Saya, untuk menarik jarumnya ke belakang sedikit lalu menusukannya kembali ke posisi yang lain karena dari luar jarumnya terlihat tertusuk melewati vena, bukan ke dalamnya. Saya tidak merasakan apa-apa. Saya bahkan sampai disuntik dua kali, karena percobaan pertama gagal. Tapi dengar-dengar sih, yang namanya mengambil darah itu rasanya memang tidak sakit. Kita lihat saja besok perbedaannya kalau sudah suntik vitamin C.

Rasa bingung Saya masih belum bisa hilang bahkan sampai Saya pulang kuliah. Jujur, dalam lubuk hati Saya, Saya merasa hampa. Satu hal yang makin membuat Saya bingung mengenai apa yang harus Saya sadari saat itu adalah ketika Saya melihat dia meneteskan air mata karena kesakitan setelah disuntik vitamin C. Ya, Rifa. Tidak ada yang jauh lebih menyakitkan daripada menyadari keadaan kamu saat itu yang jelas-jelas memiliki potensi untuk membuat seseorang yang kamu cintai menjadi bahagia, tapi kamu tahu bahwa kamu tidak memiliki hak sedikitpun untuk melakukan itu.

Sebagai seorang rakyat biasa, kamu tidak bisa menyelamatkan nyawa seorang anak kecil yang telah diputus hukuman mati secara tidak adil oleh hakim atas dasar perasaan iba saja kepadanya. Kamu tidak memiliki hak untuk menyelamatkannya, karena itu bukan tugasmu. Kamu bukan siapa-siapa.

Dan membahagiakan Rifa bukanlah hak Saya.

Kehidupan Saya di kampus berubah drastis sejak saat itu, tepatnya pada tanggal 8 Mei 2015. Sebuah peristiwa yang masih belum bisa Saya ceritakan sampai sekarang karena kondisi Saya masih belum memungkinkan untuk menceritakan itu. Tapi Saya berjanji akan menceritakan semuanya kalau Saya sudah siap. Karena Saya tahu bahwa peristiwa tersebut memiliki pengaruh yang sangat besar dalam rantai kehidupan Saya sampai hari ini, betapapun sakitnya itu.

Belajar dalam lingkungan yang sama dengan Rifa yang tidak bisa mencintai Saya itu sulit. Sangat sulit. Seringkali Saya merasa ingin pindah kelas, pindah kelompok, bahkan sampai ingin cuti selama satu tahun hanya agar Saya bisa menghindarinya. Tapi semua keinginan Saya itu pada akhirnya Saya urungkan. Saya menyadari bahwa rasa sakit yang Saya alami di bagian ini ternyata jauh lebih besar dari yang Saya kira. Mungkin itu juga salah satu penyebab Saya tidak merasakan sakit ketika disuntik. Cinta Saya kepada Rifa terlalu besar, sebegitu besarnya hingga setiap waktu Saya bisa mendoakan keselamatannya, kebahagiaannya, ketabahannya… Saya tidak pernah lagi mengharapkan sesuatu kepadanya. Saya tahu bahwa andaikan semua orang di dunia ini bisa menyadari apa isi hati Saya, sebenarnya Saya memiliki hak untuk mengharapkan sesuatu. Akan tetapi sekarang situasinya sudah berbeda. Sangat berbeda. Saya sudah tidak layak lagi mengharapkan apa-apa darinya. Saya sudah berjanji untuk melepaskannya.

Namun hari ini Tuhan menginginkan Saya untuk mengalaminya sekali lagi. Hari ini, rasa sakit Saya kambuh lagi.

Saya tidak bisa jatuh cinta seperti ini terus-menerus. Saya memiliki tujuan lain yang harus Saya capai.

Kepada Allah, tuhan semesta alam yang pandai memutarbalikkan kondisi hati setiap manusia, Saya memohon pertolongan darimu ya Allah. Kuatkanlah hati Saya. Hindarkanlah Saya dari segala perasaan yang dapat merusak hubungan Saya dengan kawan-kawan Saya, dengan keluarga Saya, dengan Anda. Berikanlah Saya jawaban atas semua yang telah terjadi pada diri Saya. Hilangkanlah perasaan cinta Saya kepadanya. Buat Saya lupa kepadanya. Saya tidak bisa terus begini. Saya tidak ingin menjadi orang yang seperti ini.

22 Mei 2015