Kurang Semangat
Berdasarkan pengalaman Saya sendiri dan juga berdasarkan pengamatan Saya terhadap teman-teman Saya waktu kita semua masih di Rumah Sakit, Saya merasa kita semua telah kehilangan semangat. Saya merasa kehilangan orang-orang seperti para dosen di kampus Saya yang biasanya suka memberikan motivasi-motivasi seperti: bahwa menjadi seorang perawat adalah pekerjaan yang mulia, bahwa menjadi seorang perawat itu pekerjanya memang seperti ini dan itu, tapi hikmahnya nanti adalah kamu akan jadi begini dan begitu.
Di Rumah Sakit, Saya tidak menemukan orang-orang seperti itu. Sebenarnya Saya berharap agar para perawat di sana tidak hanya menganggap kami sebagai segerombolan mahasiswa yang datang sebentar untuk belajar dan meminta nilai lalu pergi. Saya harap mereka bisa menganggap kami sebagai calon-calon penerus mereka. Saya ingin mereka mengungkapkan pengalaman-pengalaman mereka ketika mereka menjadi seorang perawat secara lepas kepada kami semua, sehingga kami juga jadi bisa mendapatkan gambaran yang lebih banyak mengenai bagaimana menjadi seorang perawat. Saya harap mereka bisa sedikit berusaha untuk membuat kami jadi makin tertarik untuk bisa menjadi orang-orang seperti mereka. Kenyataannya, ketertarikan Saya untuk menjadi seorang perawat kini malah makin memudar. Cuma sedikit, tapi tidak hilang.
Ekspektasi ≠ Kenyataan
Hal-hal yang dipraktikkan di kampus yang ternyata tidak sesuai dengan keadaan di Rumah Sakit:
- Mengenalkan diri kepada pasien, menjelaskan prosedur tindakan, itu tidak terjadi di Rumah Sakit. Kita lakukan itu hanya jika mereka menanyakannya.
- Katanya, memasang NGT pada orang sungguhan itu lebih mudah daripada memasang NGT pada alat peraga, karena kerongkongan manusia itu teksturnya licin dan berlendir. Tapi yang terjadi di lapangan, kita bahkan perlu tiga sampai empat orang hanya untuk memasangkan selang NGT pada satu orang, karena ketika seorang pasien dipasangkan selang NGT, pasien tersebut pasti akan menolak bahkan meronta-ronta karena kesakitan dan/atau terganggu. Apalagi kalau pasiennya masih anak-anak.
- Kita bisa melihat orang meninggal setiap hari, dan kita merasa biasa-biasa saja.
- Mencuci tangan, memakai sarung tangan dan memasang perlak pengalas tidak lagi menjadi hal yang penting dalam banyak kasus.
- Membiarkan turniket terpasang pada saat mengambil darah justru akan membuat jarum suntik tertahan lebih mantap di vena, sehingga tidak akan ada kejadian: jarum tercabut ketika sedang menarik batang penghisap spuit, hingga membuat darah berceceran.
- Pada beberapa kasus, memasang jarum infus bisa dilakukan dengan cara menusuk pada bagian daging terlebih dahulu sebelum kemudian ditembuskan ke target yang sesungguhnya yaitu vena, agar vena tidak pecah.
- Kemampuan sempurnamu dalam menyuntik, memasang infus, memasang NGT, memasang kateter dan segala hal yang berhubungan dengan memasukkan benda asing ke tubuh pasien tidak akan berguna lagi jika pasienmu tidak kooperatif.
- Di Rumah Sakit sudah disediakan format intervensi keperawatan untuk beberapa penyakit yang umum, jadi kita sebenarnya tidak perlu repot-repot membawa buku NANDA, NOC dan NIC untuk mencicil Askep. Cukup mengetahui nama penyakit dari pasien dan setelah itu tinggal membaca tabel.
Nakal
Kenakalan-kenakalan yang biasa terjadi di Rumah Sakit:
- Memperlambat tetesan infus sampai ke tetesan yang selambat-lambatnya ketika kita sedang shift malam agar keluarga pasien tidak bolak-balik datang ke ruang perawat untuk membangunkan kami karena minta isi ulang cairan infus.
- Menggunakan data TTV pasien yang telah dituliskan di hari sebelumnya untuk mengisi tabel TTV pasien di hari tersebut kalau waktu sudah terlanjur mepet kesiangan atau kalau kita lupa bawa tensimeter, stetoskop dan termometer (Saya tidak melakukan ini).
- Mencuri-curi cap stempel dari ruang perawat.
Sukanya?
- Merasa senang ketika Saya bisa dikenal baik oleh pasien dan keluarganya, juga oleh para perawat. Merasa senang ketika bisa melakukan tindakan sendiri. Merasa senang ketika dipercaya untuk melakukan tindakan sendiri.
- Ada satu kebanggaan tersendiri ketika kemarin Saya dipercaya menjadi ketua kelompok besar. Meskipun Saya tidak tahu bahwa, mungkin Saya hanya terpilih secara acak atau sembarangan.
- Merasa senang jika orangtua dan kakak Saya senang dengan apa yang akan Saya ceritakan kepada mereka besok. Tapi Saya masih belum bisa mudik. Masih ada beberapa urusan yang harus Saya selesaikan di Purwokerto.
31 Agustus 2015
0 Komentar
Mirip