Simpati Bukan Cinta

Hari ini hari Minggu. Saya dan teman-teman Saya harus bisa menyelesaikan tugas-tugas dari kampus yang telah menumpuk begitu banyak dikarenakan oleh hari-hari Porseni kemarin yang telah habis digunakan untuk mengisi acara perlombaan. Alhasil, jadwal kuliah kami jadi super padat, bukan hanya padat jadwal tapi juga padat tugas. Tugas membuat makalah harus selesai dalam waktu semalam, tugas membuat video Promosi Kesehatan harus selesai dalam waktu tiga hari. Belum lagi, dalam waktu dekat ini sudah akan ada UAS. Pusing. Tapi semuanya berubah semenjak negara Api menyerang.

Saya memutuskan untuk berhenti melanjutkan perasaan Saya kepada orang tersebut dikarenakan oleh beberapa hal, salah satunya adalah keraguan. Salah duanya adalah karena kita tidak cukup saling mengenal. Salah tiganya adalah karena move on itu memang sulit, bukan hanya dari sisi Saya tapi juga dari sisi dia dan juga dianya si dia. Saya memang bisa membaca situasi di sekitar Saya, membaca ekspresi dan bahasa tubuh orang lain, tapi Saya tidak bisa membaca perubahan isi hati orang lain. Kebanyakan orang pada akhirnya hanya membuat Saya kembali berharap, dan Saya tahu bahwa orang-orang tersebut tidak mungkin bisa Saya harapkan. Saya tidak bisa memaksa orang lain untuk jatuh cinta kepada Saya hanya karena Saya merasa jatuh cinta kepada orang tersebut. Berhenti berharap adalah cara terbaik untuk mencegah rasa kecewa di kemudian hari.

Lebih cepat lebih baik.

Mudah untuk membuat orang lain naksir kepada kita, tapi satu penghalang yang sering muncul adalah bahwa perasaan orang ternyata bisa berubah begitu saja hanya dikarenakan oleh perpisahan. Karena jarang bertemu, maka perasaan tersebut akhirnya akan luntur perlahan. Setiap orang bisa berubah pikiran, dan bahkan Saya juga bisa salah pengertian. Mungkin ini cuma salah paham saja. Kabar baiknya, Saya belum terlambat untuk memutuskan berhenti memelihara perasaan ini terlampau jauh, sehingga Saya yakin Saya akan baik-baik saja di esok hari.

Saya telah belajar bahwa untuk menemukan orang-orang yang simpati kepada kita itu mudah, tapi menemukan orang-orang yang bisa menerima kita apa adanya itu susah. Kadang, ada saja orang yang naksir kepada kita tapi kita yang tidak naksir kepada orang tersebut, atau sebaliknya, kita yang naksir kepada orang tersebut tapi orang tersebut tidak naksir kepada kita.

Hampir semua teman kampus berjenis kelamin wanita yang setiap hari bersikap ramah kepada Saya itu cuma sebatas memiliki perasaan simpati saja kepada Saya, bukan karena memiliki perasaan tertarik yang lebih khusus seperti cinta atau empati. Mereka melakukan semua itu atas dasar perasaan penasaran dan terkesan saja, bukan karena perasaan cinta.

Ngomong-ngomong, tahukah kamu apa yang membedakan antara rasa simpati dengan rasa cinta? Melihat dari sudut pandang hubungan antar–lawan jenis, Saya memiliki pendapat tersendiri mengenai dua hal tersebut.

Bagi Saya, simpati adalah perasaan terkesan atau penasaran yang muncul dalam diri seseorang karena orang tersebut menganggap bahwa ada beberapa hal dalam diri lawan jenisnya yang membuat dia menjadi tampak berbeda atau lebih menarik dari yang lain. Rasa simpati bisa Saya samakan dengan istilah nge–fans atau menggemari orang lain.

Sedangkan cinta adalah perasaan khawatir tak terbendung, dibarengi dengan perasaan ingin menolong yang muncul begitu saja dalam diri seseorang karena orang tersebut merasa memiliki kemampuan untuk melakukan hal tersebut. Orang tersebut merasa bahwa dia telah tahu banyak tentang kamu, tahu apa yang kurang dari kamu dan tahu apa yang harus dia lakukan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan kamu jauh melebihi pengetahuan orang lain tentang kamu. Mungkin ini agak gila, tapi sepertinya Saya harus menyamakan cinta dengan perasaan kasihan. Seorang wanita merasa kasihan kepada seorang pria, dan wanita tersebut berharap agar kehidupan pria tersebut bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Itu yang namanya cinta.

Dan ini, adalah salah satu penyebab mengapa kebanyakan wanita baik-baik pada akhirnya jatuh cinta kepada orang yang tidak baik-baik. Karena mereka merasa kasihan, mereka merasa mampu untuk mengubah orang tersebut menjadi lebih baik.

Orang yang simpati adalah mereka yang setiap hari akan menyapa ‘hai’ kepada kamu dengan ramah. Orang yang jatuh cinta adalah mereka yang setiap hari membicarakan tentang kamu dan khawatir dengan keadaan kamu, di belakang kamu.

20 Desember 2015