Scam

Jadi ceritanya, hari ini ibu dan kakak Saya sedang galau setelah menyadari kalau program survey berbayar yang belakangan ini sedang serius mereka garap ternyata mulai kelihatan bohongnya. Dalam program tersebut, kita hanya diminta untuk memberikan pendapat mengenai iklan yang ditawarkan, dan setiap pendapat yang diberikan akan menghasilkan 14 – 18 dolar. Kami bisa mengerjakan survey tersebut setiap hari, dan setiap hari kami diperbolehkan untuk mengerjakan survey sebanyak 3 – 4 kali. Ini berarti bahwa setiap hari kami bisa memperoleh uang secara cuma-cuma sebesar 42 dolar atau sekitar 420.000 rupiah hanya dengan duduk di depan komputer.1 Selain itu, kami juga mengerjakan satu jenis program lagi dalam bentuk layanan penayang artikel berita. Jadi, dalam program tersebut kami hanya diminta untuk membaca artikel yang ditawarkan, dan setelah kami membaca artikel tersebut, maka kami akan dibayar dengan nominal uang yang tidak jauh berbeda dengan nominal uang yang diberikan oleh penyedia program sebelumnya.

Saya paham betul dengan cara kerja bisnis semacam ini, dimulai dari bagaimana mereka bisa memperoleh keuntungan dan bagaimana mereka kemudian bisa membayar kami. Kalau perusahaan pemilik program tersebut adalah perusahaan yang terpercaya, Saya sih yakin-yakin saja dengan tawaran pembayaran seperti itu, dan Saya juga akan bersedia untuk mengikuti program yang ditawarkan. Tapi untuk yang satu ini… jujur saja, Saya tidak begitu mempercayainya. Meskipun pada akhirnya Saya tetap harus ikut juga karena sudah terlanjur didaftarkan sama embak.

Ada beberapa hal yang membuat Saya curiga:

  1. Nominal uang yang diberikan terlalu besar.
  2. Halaman profil perusahaan dan halaman kontak serta alamat perusahaan yang diberikan kurang meyakinkan.
  3. Tidak ada gambar orang. Kalaupun ada, paling itu cuma foto-foto yang bersifat publik. Foto-foto yang bisa dengan mudah Saya unduh melalui situs-situs penyedia stok fotografi untuk para desainer grafis web dan majalah. Belum pernah sekali pun Saya melihat foto-foto asli perusahaan atau foto-foto para staf yang sedang bekerja di perusahaan tersebut. Semuanya serba tertutup.
  4. Tampilan web terlihat terlalu sederhana atau tidak profesional.

Saya sebenarnya sempat ada niatan untuk memberitahukan kecurigaan-kecurigaan Saya kepada ibu dan kakak Saya jauh-jauh hari sebelumnya. Tapi, melihat mereka yang sangat antusias dengan mimpi-mimpi mereka, Saya jadi tidak tega. Selain itu, kalau program-program tersebut ternyata benar bagaimana? Kalau Saya sampai berhasil mencegah mereka untuk mengikuti program tersebut dan ternyata program tersebut adalah benar menguntungkan bagaimana? Kan jadi kita yang rugi. Jadi, pada saat itu Saya putuskan untuk membiarkan mereka larut.

Ibu dan kakak perempuan Saya yang ke dua itu orangnya sangat kompak, walaupun sering bertengkar juga satu sama lain. Saya kadang suka tidak tahan kalau mendengar mereka berkhayal terlalu jauh. Mimpi punya rumah baru, punya mobil dan bahkan pembantu. Menurut Saya itu nora. Saya tahu mereka tidak sebodoh itu untuk terlena dengan khayalan-khayalan sengawur itu, karena mereka juga tahu diri dengan keadaan. Tapi Saya tidak sampai menduga juga kalau rasa kecewa yang mereka alami bisa sampai separah ini.

Ciri-ciri orang yang sedang kecewa itu bisa dilihat dengan mata. Wajah mereka layu, tapi tetap berusaha terlihat baik-baik saja dengan cara memaksa diri sendiri agar tampak tegar dan ceria, mengangkat-angkat alis matanya untuk menciptakan raut muka tersenyum. Mereka berusaha tetap memandang ke depan, namun roh mereka tetap saja terlihat sedang menunduk. Mereka mengusap-usap punggung telapak tangannya yang berada di sebelah bawah, atau sekali-kali mengusap jari-jari tangan mereka. Berusaha tetap bertahan dalam posisi tenang, mencegah agar gemetar tidak sampai datang menghampiri tubuh mereka. Semuanya palsu.

Saya melihat hal tersebut pada diri ibu Saya. Wajar saja, belakangan ini ibu Saya jadi makin sering salat tahajud dan duha. Sebelumnya juga, tapi itu karena ibu Saya sedang memohon rezeki kepada Tuhan melalui tunjangan sertifikasi yang sudah jelas-jelas nyata dan halal. Sedangkan kali ini, ibu Saya memohon rezeki kepada Tuhan melalui sumber uang yang tidak jelas asalnya. Saya tahu rasanya bagaimana. Rasanya pasti malu, karena di sini posisi ibu Saya adalah sedang memohon kepada Tuhan, sedangkan apa yang dimohonkan kepada Tuhan seharusnya dikabulkan. Akan tetapi kali ini tidak. Ibu dan kakak Saya seperti baru saja disadarkan dari mimpi panjang mereka. Saya bingung harus bagaimana supaya bisa menghibur mereka berdua, karena menurut Saya penipuan-penipuan semacam ini sebenarnya sangat umum dan sepele, dan bahkan Saya merasa biasa-biasa saja setelah mengetahui bahwa program yang kami kerjakan ini kemungkinan besar adalah penipuan. Harapan-harapan besar mereka yang membuat rasa kecewa mereka jadi makin besar.

Saya ini orangnya realistis. Saya tahu kapan seseorang dapat disebut layak untuk memperoleh rezeki. Dan menurut Saya, cerita tentang tukang bubur yang bisa naik haji itu omong kosong.

Saya percaya bahwa Tuhan itu Maha Besar, dan Saya juga percaya bahwa Tuhan itu bisa melakukan segala hal yang mustahil hanya dengan modal jentikan jari. Akan tetapi, setahu Saya Allah SWT itu bukan tipe Tuhan yang suka pamer kekuatan. Dalam hidup ini, ada yang namanya cerita yang dibesar-besarkan. Dan yang tahu akan proses bagaimana tukang bubur tersebut bisa memperoleh rezeki hingga dia bisa naik haji itu ya cuma tukang bubur dan keluarga mereka saja yang tahu. Orang-orang di luar hanya mampu melihat dan mengingat hasilnya saja tanpa peduli dengan proses, karena mereka tidak suka dengan cerita duka.

Kembali ke masalah ibu dan kakak Saya yang sedang galau. Sepertinya hal terbaik yang bisa Saya lakukan sekarang adalah berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja, karena kalau Saya sampai ikut-ikutan galau, itu hanya akan semakin memperkuat rasa bersalah mereka, sehingga rasa kecewa mereka akan jadi makin bertambah parah. Saya harus bisa menciptakan kesan bahwa apa yang mereka alami adalah sesuatu yang sepele. Masih beruntung kami tidak mengalami kerugian finansial apa-apa. Kami cuma rugi waktu dan rugi harapan.

Waktu Saya di rumah sudah habis. Besok Saya sudah harus kembali lagi ke Purwokerto. Rencana berangkat ke sana jam 5 pagi. Tanggal 28 Juli nanti akan ada tes OSCA di kampus, padahal Saya sudah lupa blas semua materi yang telah diajarkan. Setelah itu, kita semua masih harus mengikuti gladi bersih Caping Day pada tanggal 31 Juli untuk kemudian akan benar-benar dilaksanakan pada tanggal 1 Agustus. Setelah itu, tanggal 3 Agustus nanti Saya akan pindah lagi ke Banjarnegara. Ceritanya mau praktik.

Oya… Saya belum cari kos-kosan!

25 Juli 2015


  1. Pada tahun 2015, uang sebesar 420.000 rupiah dapat disetarakan dengan 46 liter bensin atau 60 porsi baso atau 140 porsi batagor dengan bungkus plastik.