Kita akan menuai apa yang telah kita tanam. Setiap kali Saya merasa jenuh, marah atau putus asa dengan kewajiban-kewajiban yang sedang Saya lakukan, Saya biasanya akan menggunakan jurus ini agar Saya bisa tetap melakukan semuanya dengan tulus ikhlas:
“Semoga apa yang sedang Saya lakukan sekarang akan berbuah baik di esok hari.”
Saya mengucapkannya di dalam hati berkali-kali sambil Saya melakukan sesuatu yang tidak Saya sukai tersebut: Semoga apa yang sedang Saya lakukan sekarang akan berbuah baik di esok hari, semoga apa yang sedang Saya lakukan sekarang akan berbuah baik ketika akhir bulan besok Saya kembali ke kampus lagi.
Praktik di Rumah Sakit itu punya cerita suka dan duka tersendiri. Misalnya, ketika malam hari harusnya dipakai untuk istirahat, keluarga pasien malah ketuk-ketuk pintu ruang Perawat untuk minta ganti flabot infus. Belum lagi kalau si penunggu pasien di sebelah sudah mulai memanggil-manggil Saya ketika Saya sedang sibuk membetulkan selang infus yang macet atau mengganti botol infus yang habis.
Apa yang mereka minta ketika Saya kemudian mendatanginya? Mereka cuma minta hypafix. Pada tengah malam pula!
Masa Saya harus bolak-balik lorong Rumah Sakit cuma untuk membawa selembar potongan hypafix? Saya merasa kesulitan untuk menjalankan tugas dengan baik tanpa membuat klien dan keluarga klien menjadi manja dengan Saya. Lagipula, menyuruh keluarga klien untuk mengambil hypafix sendiri juga kan tidak mungkin.
19 Agustus 2015
0 Komentar