Tidak Suka Meminjamkan

Saya sebenarnya tidak suka meminjamkan sesuatu ke orang, karena Saya itu orangnya mudah khawatir dan terlalu teliti dengan sesuatu. Terserah kalau orang lain nantinya akan menganggap Saya sebagai orang yang pelit, egois atau overprotektif. Saya hanya berusaha menjaga barang-barang Saya dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Anggap saja barang-barang tersebut sebagai anak-anak Saya atau keluarga Saya, pada dasarnya orang lain tidak akan mungkin bisa tahu apa-apa yang seharusnya mereka lakukan terhadap barang-barang Saya, sehingga hasil akhirnya akan selalu mengecewakan ketika pada saatnya nanti barang tersebut sudah dikembalikan. Saya punya beberapa contoh kasusnya di sini:

  • Meminjamkan pulpen Ketika pulpen kembali, tintanya jadi habis, atau tutupnya hilang, atau merek pulpennya jadi terkelupas.
  • Meminjamkan komputer atau laptop Ketika komputer kembali, tiba-tiba wallpaper-nya jadi berubah, pengaturannya jadi berubah atau layarnya jadi kotor dan badannya jadi cecel-cecel.
  • Meminjamkan HP Ketika HP kembali, tiba-tiba pengaturannya jadi berubah, cetakan huruf di tombol HP-nya jadi hilang semua, atau layarnya jadi cecel-cecel, atau bagian bawahnya jadi babak karena sering kegesek-gesek di lantai.
  • Meminjamkan uang Ketika uang kembali, uang yang dikasihkan itu ternyata adalah uang yang sudah lecek atau sudah kecoret-coret.
  • Meminjamkan buku Ketika buku kembali, bagian ujung-ujung sampulnya malah jadi robek atau lecek dan bagian dalamnya jadi banyak coretan atau garis-garis di bawah teks (walaupun cuma pakai pensil) atau di halamannya ada sisa lipatan-lipatan. Atau lebih parah lagi bukunya malah jadi ketekuk atau kegulung. Kertasnya kena minyak, spidol, lipstik dan ketombe.
  • Meminjamkan tugas kuliah Ketika tugasnya dikembalikan tintanya jadi luntur, atau kertasnya jadi lecek. Itu pengaruh juga nanti ke nilai. Saya kan nggak mungkin juga menyalahkan orang yang meminjam tugas tersebut dengan menganggap bahwa orang tersebutlah yang membuat nilai Saya jadi berkurang. Kebangetan!
  • Meminjamkan motor Ketika motor dikembalikan, rodanya jadi kotor atau bensinnya jadi habis.

Sangat jarang sekali semisal Saya meminjamkan motor ke orang lalu pas orang tersebut mengembalikan motornya terus motornya berubah jadi mobil, atau seminimal-minimalnya motor tersebut akan tetap kembali sebagai motor yang sama. Pasti akan ada saja hal-hal yang membuat Saya jadi “gelo” atau kecewa, karena tidak semua orang memiliki sifat proteksi yang sama seperti Saya. Selain itu, bukankah cuma pemilik barang yang asli saja yang paling tahu akan seluk-beluk barang-barangnya sendiri? Saya juga tidak mungkin kan, memerintahkan orang-orang yang telah meminjam barang-barang Saya untuk melakukan ini dan itu secara mendetail?

Saya lebih suka memberikan sesuatu dibandingkan dengan meminjamkan sesuatu, karena meminjamkan itu ibarat mempercayakan sesuatu kepada orang lain, sedangkan memberikan itu sama artinya dengan masa bodoh dengan sesuatu yang diberikan, karena pada akhirnya toh itu akan jadi hak milik orang lain.

Walaupun… tetap saja, memberikan sesuatu sebenarnya juga tidak semudah itu untuk dilakukan. Anggap saja Saya tidak suka meminjamkan dan memberikan sesuatu yang merupakan milik Saya (atau kami). Itu lebih baik. Saya rasa semua orang setuju dengan pernyataan bahwa memberikan sesuatu kepada seseorang karena keinginan pribadi tanpa diminta itu jauh lebih menenangkan dibandingkan dengan memberikan sesuatu kepada seseorang yang secara terang-terangan meminta kita untuk memberikannya. Contohnya adalah meminjam.

Lagipula Saya ini orangnya juga sangat jarang meminjam sesuatu dari orang lain. Karena Saya tidak suka meminjam sesuatu, maka Saya tidak suka meminjamkan sesuatu. Impas kan?

7 Desember 2014