Dua Tipe Introvert

Introvert A

Mandiri, percaya diri, pekerja keras, dengan tujuan perusahaan, aktualisasi diri, pendiam, lebih suka dengan kegiatan yang melibatkan pengalaman batin dan introspeksi.

Introvert B

Pemalu, konsep diri rendah (rendah diri/minder), kekurangan dalam keterampilan komunikasi, menunjukkan rasa takut terhadap orang-orang, takut melakukan hal-hal di depan orang lain, seseorang yang lebih memilih ditinggal sendirian.

Shyness, Introversion, Sensitivity – What’s the Difference?

Aku masuk dalam kategori B.

Ada satu kalimat dari guru Bimbingan Konselingku dulu, waktu SMP, yang entah bagaimana masih bisa kuingat sampai sekarang:

“Kepribadian seseorang itu tidak akan mungkin bisa berubah, yang bisa berubah adalah sudut pandang.”

Dari situ Aku jadi merasa sedikit optimis (dan penuh harap) agar suatu saat nanti Aku bisa berkembang dari golongan B menuju ke golongan A.

Sebenarnya sih ada satu hal utama yang umum menyebabkan orang-orang introvert jadi tetap bertahan pada sifatnya yang suka menarik diri dari lingkungan. Yaitu karena mereka tidak pernah mendapatkan gemblengan dari orang lain agar bisa lancar dalam berkomunikasi untuk tujuan yang sangat penting bagi diri si introvert itu sendiri.

Itu sekaligus juga berarti bahwa, memaksa orang-orang introvert untuk bisa berbicara di depan umum untuk kepentingan orang yang memaksa tersebut tidak akan berhasil. Justru hal itu malah akan membuat mereka jadi makin trauma dan makin membencimu untuk seumur hidupnya. Kebanyakan hal ini dilakukan oleh guru-guru kami, atasan-atasan kami dalam pekerjaan, atau orang-orang yang usianya lebih tua dari kami. Apapun yang kamu perbuat untuk membuat kami menjadi lebih berkembang, pastikan kamu bisa memberi tahu secara langsung mengenai manfaat pemaksaan tersebut bagi kami. Semuanya harus dilakukan untuk kepentingan sang ‘penderita’, bukan karena atas dasar perasaan benci atau jijik kepada perilaku kami yang mungkin bagi beberapa orang terlihat cemen, menyedihkan atau pengecut.

Aku tidak banyak bicara dan tidak mampu bicara di depan umum karena Aku memang tidak mampu. Dan karena selama ini Aku tidak pernah merasa bahwa kelancaran dalam berbicara itu merupakan sesuatu yang urgent, yang jika Aku tidak melakukannya maka akan menyebabkan kematian atau sakit keras dan mendadak miskin.

16 Maret 2014