Loading…

Jurus Tendangan Maut

Burned Forest

Manusia frustasi. Seperti halnya kegigihan dan ambisi dari seorang pendekar kaplak similikiti, dalam perjuangannya untuk menguasai jurus tendangan maut, hanya demi meruntuhkan sebuah tembok waktu yang sebenarnya sama sekali tidak ada.
Seperti menendang kentut saja…
Walau darah telah jadi kopi, walau tulang telah jadi emping, sang pendekar tetap berjuang dengan segenap jiwa dan raga tulang belulangnya.
Tapi tetap saja tak ada hasil. Tidak ada seorang orang-orangan sawah pun yang bisa meruntuhkan tebalnya tembok waktu. Apalagi jika hanya untuk memperbaiki kesalahan masa lalu yang sudah terjadi.

Manusia adalah makhluk keras kepala yang dipenuhi dengan berbagai macam kesalahan di masa lalu. Jelas saja, karena mereka semua bertindak dengan naluri, bukan dengan mesin.
Masih efisienkah menyesali masa lalu, jika kita masih bisa menciptakan masa depan?
Lagipula, pada dasarnya kita semua ini sama. Sama salahnya, sama bodohnya, sama noraknya dan sama sintingnya. Hanya warnanya saja yang kadang-kadang berbeda.
Jangan bernostalgia melulu! Itu percuma saja. Memperbaiki masa lalu tidak bisa, karena memang sudah terjadi. Satu-satunya hal abstrak di dunia ini yang bisa diperbaiki oleh manusia itu sendiri hanyalah sesuatu yang belum terjadi. Rencana masa depan.

Mungkin beberapa orang berpikir kalau mereka itu bisa memperbaiki masa lalunya dengan cara berlarut-larut dengan peristiwa lamanya yang sudah basi. Mungkin dengan cara itu mereka bisa merasa kalau mereka itu sudah mengulangi kehidupannya dari awal lagi.
Ketika mereka semua mengira bahwa mereka itu telah bisa memundurkan waktu, pada kenyataannya mereka semua justru sedang membuang-buang waktu.

Berpikirlah maju ke depan, jangan berpikir mundur ke belakang! Di belakang itu banyak selokan. Kalau tidak hati-hati dan tidak ditemani, bisa-bisa nanti jatuh mati dan gelepotan.
Untuk apa menyibukkan diri dengan mempelajari jurus tendangan maut, jika kita masih bisa menciptakan jurus menghindari maut?
Untuk apa berlarut-larut dengan masa lalu, jika kita toh tidak mempunyai sendok untuk mengaduknya?
Apakah kita akan mengaduknya dengan cara mencelupkan tangan ke dalamya? Itu sih namanya ikut campur dengan takdir.
Masa lalu itu untuk dipelajari, bukan untuk dijalani dalam waktu yang tidak semestinya.
Setiap manusia adalah seorang motivator yang terbaik, jadi jangan pernah menghindari mereka!
Jangan pernah sekalipun untuk mencoba menjadi seorang penerjun bebas! Karena sungguh, tidak ada kebebasan sama sekali di bawah sana.
Masa lalu adalah masa lalu. Hanyalah sebuah dongeng basi yang lebih pantas dijadikan sebagai pajangan semata.
Masa lalu adalah masa lalu. Masa lalu adalah masa lalu…
Jika sekali waktu, masa lalu tiba-tiba saja datang mengganggu ketentraman hati dan pikiranmu, cobalah untuk sekali-kali Kau katakan kepada dirimu sendiri bahwa,
Baiklah, itu semua memang telah membuatku gila! Tapi mau bagaimana lagi? Itu semua sudah terlanjur terjadi.
Nasi sudah terlanjur menjadi lontong!

5 Februari 2010

0 Komentar

Top